Pertumbuhan Jemaat Yang Mula-mula
Ketika gereja berdiri pada Hari Pentakosta (Kisah Rasul 2), Petrus memberitakan Kristus sebagai Tuhan yang telah bangkit. Dia memberitahu seisi rumah Israel, “.... bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan, dan Kristus” (Kisah Rasul 2:36). Orang-orang yang mendengar saat itu menjadi pedih hatinya dan bertanya, “Apa yang harus kami perbuat saudara-saudara?” Petrus kemudian menjawab, “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia, yaitu Roh Kudus” (Kisah Rasul 2:38). Tiga ribu jiwa mentaati Injil pada hari itu (Kisah Rasul 2:41), kemudian jumlah laki-laki menjadi kira-kira lima ribu jiwa (Kisah Rasul 4:4). Orang-orang percaya lebih banyak lagi ditambahkan kepada Tuhan (Kisah Rasul 5:14) dan jumlah murid-murid itu berlipat kali ganda (Kisah Rasul 6:7). Jumlah murid-murid di Yerusalem pada saat itu, sebelum mereka tersebar ke berbagai tempat karena penganiayaan mungkin mencapai antara dua puluh ribu sampai dua puluh lima ribu jiwa.
Oleh karena jemaat di Yerusalem ini adalah jemaat yang mula-mula, maka kita dapat belajar dari pertumbuhan mereka yang mengagumkan serta melihat beberapa karakteristik mereka.
Mengapa Gereja Yang Mula-mula Ini Bertumbuh?
1. Ketekunan. “Mereka bertekun” (Kisah Rasul 2:42). Ekspresi ini menunjukkan daya tahan dan kegigihan. Salah satu penghalang bagi kemajuan jemaat saat ini adalah status anggota yang “hidup, kemudian mati lagi.” Beberapa anggota rajin untuk sesaat, kemudian mereka kehilangan minat. Salah satu kebutuhan gereja yang terbesar saat ini adalah ketekunan.
2. Kesetiaan. “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul.” Bukan saja penting bagi murid-murid yang mula-mula itu untuk bertekun, tetapi juga penting bagaimana mereka bertekun. Mereka setia dalam doktrin (pengajaran). Paulus menasihati Timotius, “Awasilah dirimu sendiri dan ajaranmu, bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau” (1 Timotius 4:16). Gereja yang mula-mula itu menghargai kebenaran. Penekanan mereka atas pengajaran rasul-rasul tidak menghalangi mereka dari bertumbuh. Mereka mempertahankan keyakinan mereka, tetapi mereka tetap bertumbuh. Sangat disesalkan bahwa sebagian orang saat ini merasa bahwa jika kita memberitakan kebenaran, kita akan membuat orang pergi. Gereja abad pertama memberitakan kebenaran, dan jumlah murid-murid terus bertambah.
3. Kesatuan. “Kumpulan orang yang telah percaya itu sehati dan sejiwa ....” (Kisah Rasul 4:32). Tujuan yang sama yang membuat murid-murid itu tetap bersama. Pujian yang tinggi harus diberikan bagi jemaat yang saat ini mempraktekkan “sehati dan sejiwa.” Tetapi di banyak tempat saat ini, kita menemukan perpecahan, bahkan di kalangan orang-orang setuju dalam hal doktrin, seringkali permasalahannya adalah disebabkan oleh perbuatan daging: kecemburuan, kedengkian, kemarahan dan kesombongan. Kita harus belajar menyisihkan sikap kedagingan ini dan meninggikan Kristus di atas segala-galanya, supaya kita “erat bersatu dan sehati sepikir” (1 Korintus 1:10). Ada sebagian saudara seiman menganggap kalau sebuah jemaat atau beberapa jemaat membentuk organisasi (untuk memenuhi ketentuan pemerintah) adalah membuat perpecahan. Ini pemikiran yang keliru!! Di luar negeri seperti di Amerika atau negara lainnya, masing-masing jemaat lokal itu “mendaftar sendiri” di pemerintahan dan ini sangat Alkitabiah, tetapi ini sulit dilakukan di Indonesia. Fungsi organisasi semacam ini hanya untuk memenuhi ketentuan perintah dan berfungsi sebagai jembatan antara jemaat-jemaat lokal dan pemerintah, namun perlu diingat bahwa yang mempersatukan umat beriman itu bukan “organisasinya” tapi imannya! Dapat saja umat Tuhan di Indonesia itu satu dalam organisasi namun kalau tidak ada kerja-sama dan tidak satu dalam iman itu tidak banyak manfaatnya. Sebaliknya dapat saja umat Tuhan di Indonesia masing-masing berdiri sendiri dan mendaftar sendiri tetapi ada kerja sama yang erat dan satu iman, maka akan besar manfaatnya bagi perkembangan umat Tuhan di Indonesia.
4. Kebajikan. Murid-murid itu murah hati satu sama lain: “.... dan tidak seorangpun berkata bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri ....” (Kisah Rasul 4:32). Lebih jauh lagi mereka melakukan perbuatan baik kepada semua orang di setiap kesempatan (Galatia 6:10; 2 Korintus 9:13).
5. Disiplin. Ketika Ananias dan istrinya Safira menjual harta milik mereka dan berbohong tentang hasil penjualannya, mereka mati dan dikuburkan (Kisah Rasul 5:1-10). Alkitab mengatakan bahwa “seluruh jemaat dan semua orang yang mendengar hal itu menjadi sangat ketakutan” (Kisah Rasul 5:11). Kita mungkin berpikir bahwa semua orang akan takut kepada jemaat setelah itu, namun kita membaca lebih jauh bahwa, “makin lama makin bertambahlah jumlah orang yang percaya kepada Tuhan, baik laki-laki maupun perempuan” (Kisah Rasul 5:14). Kita kadang-kadang lupa bahwa rencana Tuhan itu berhasil. Disiplin harus dilaksanakan dengan nasihat dan jika perlu harus diadakan pemutusan persekutuan dari orang yang tidak berjalan dengan tertib (2 Tesalonika 3:6). Kita kadang-kadang segan untuk mempraktekkan disiplin seperti yang dilakukan pada abad pertama, padahal disiplin itu adalah unsur yang penting bagi pertumbuhan sebuah jemaat. Paling tidak ada 5 alasan mengapa disiplin itu penting: (1) Untuk mendemonstrasikan kepada dunia bahwa gereja tidak mentoleransi dosa; (2) Untuk memberi peringatan kepada anggota jemaat agar melawan dosa; (3) Untuk menjaga kemurnian jemaat; (4) Untuk memulihkan yang sesat; (5) Untuk mematuhi ajaran Alkitab.
6. Penekanan pada “setiap hari.” Dengan bertekun dan sehati, mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergiliran dan makan bersama-sama dengan gembira dan tulus hati” (Kisah Rasul 2:46). Murid-murid yang mula-mula itu melaksanakan iman mereka tiap-tiap hari. Seringkali kita hanya menjadi orang Kristen “hari Minggu” saja atau di “gedung gereja” saja. Kita menyamakan seluruh tanggung jawab kekristenan kita dengan menghadiri kebaktian Minggu atau setiap kali ada perhimpunan di gedung gereja. Murid-murid yang pertama ini tidak pernah lupa akan misi gereja “setiap hari mereka mengajar di bait Allah dan di rumah-rumah dan memberitakan Injil tentang Yesus yang adalah Mesias” (Kisah Rasul 5:42).
7. Komitmen. Setelah rasul-rasul dihadapkan ke depan mahkamah agama dan diperintahkan untuk tidak berbicara dalam nama Yesus lagi, mereka dipukul dan kemudian dilepaskan. Kita tahu bahwa “rasul-rasul itu meninggalkan mahkamah agama dengan suka-cita, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena nama Yesus” (Kisah Rasul 5:41). Devosi seperti itu dimana mereka bersuka-cita bahwa mereka layak menderita, patut kita jadikan contoh komitmen terhadap kebenaran. Pantas mereka bertumbuh! Apakah jemaat dimana Anda berbakti mempraktekkan hal-hal di atas? Apakah jemaat dimana Anda berbakti dapat dijadikan “model” bagi jemaat-jemaat lainnya? Marilah kita mencontoh apa yang dilakukan oleh jemaat yang mula-mula agar kita dapat bertumbuh, semoga! (editor).
Oleh karena jemaat di Yerusalem ini adalah jemaat yang mula-mula, maka kita dapat belajar dari pertumbuhan mereka yang mengagumkan serta melihat beberapa karakteristik mereka.
Mengapa Gereja Yang Mula-mula Ini Bertumbuh?
1. Ketekunan. “Mereka bertekun” (Kisah Rasul 2:42). Ekspresi ini menunjukkan daya tahan dan kegigihan. Salah satu penghalang bagi kemajuan jemaat saat ini adalah status anggota yang “hidup, kemudian mati lagi.” Beberapa anggota rajin untuk sesaat, kemudian mereka kehilangan minat. Salah satu kebutuhan gereja yang terbesar saat ini adalah ketekunan.
2. Kesetiaan. “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul.” Bukan saja penting bagi murid-murid yang mula-mula itu untuk bertekun, tetapi juga penting bagaimana mereka bertekun. Mereka setia dalam doktrin (pengajaran). Paulus menasihati Timotius, “Awasilah dirimu sendiri dan ajaranmu, bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau” (1 Timotius 4:16). Gereja yang mula-mula itu menghargai kebenaran. Penekanan mereka atas pengajaran rasul-rasul tidak menghalangi mereka dari bertumbuh. Mereka mempertahankan keyakinan mereka, tetapi mereka tetap bertumbuh. Sangat disesalkan bahwa sebagian orang saat ini merasa bahwa jika kita memberitakan kebenaran, kita akan membuat orang pergi. Gereja abad pertama memberitakan kebenaran, dan jumlah murid-murid terus bertambah.
3. Kesatuan. “Kumpulan orang yang telah percaya itu sehati dan sejiwa ....” (Kisah Rasul 4:32). Tujuan yang sama yang membuat murid-murid itu tetap bersama. Pujian yang tinggi harus diberikan bagi jemaat yang saat ini mempraktekkan “sehati dan sejiwa.” Tetapi di banyak tempat saat ini, kita menemukan perpecahan, bahkan di kalangan orang-orang setuju dalam hal doktrin, seringkali permasalahannya adalah disebabkan oleh perbuatan daging: kecemburuan, kedengkian, kemarahan dan kesombongan. Kita harus belajar menyisihkan sikap kedagingan ini dan meninggikan Kristus di atas segala-galanya, supaya kita “erat bersatu dan sehati sepikir” (1 Korintus 1:10). Ada sebagian saudara seiman menganggap kalau sebuah jemaat atau beberapa jemaat membentuk organisasi (untuk memenuhi ketentuan pemerintah) adalah membuat perpecahan. Ini pemikiran yang keliru!! Di luar negeri seperti di Amerika atau negara lainnya, masing-masing jemaat lokal itu “mendaftar sendiri” di pemerintahan dan ini sangat Alkitabiah, tetapi ini sulit dilakukan di Indonesia. Fungsi organisasi semacam ini hanya untuk memenuhi ketentuan perintah dan berfungsi sebagai jembatan antara jemaat-jemaat lokal dan pemerintah, namun perlu diingat bahwa yang mempersatukan umat beriman itu bukan “organisasinya” tapi imannya! Dapat saja umat Tuhan di Indonesia itu satu dalam organisasi namun kalau tidak ada kerja-sama dan tidak satu dalam iman itu tidak banyak manfaatnya. Sebaliknya dapat saja umat Tuhan di Indonesia masing-masing berdiri sendiri dan mendaftar sendiri tetapi ada kerja sama yang erat dan satu iman, maka akan besar manfaatnya bagi perkembangan umat Tuhan di Indonesia.
4. Kebajikan. Murid-murid itu murah hati satu sama lain: “.... dan tidak seorangpun berkata bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri ....” (Kisah Rasul 4:32). Lebih jauh lagi mereka melakukan perbuatan baik kepada semua orang di setiap kesempatan (Galatia 6:10; 2 Korintus 9:13).
5. Disiplin. Ketika Ananias dan istrinya Safira menjual harta milik mereka dan berbohong tentang hasil penjualannya, mereka mati dan dikuburkan (Kisah Rasul 5:1-10). Alkitab mengatakan bahwa “seluruh jemaat dan semua orang yang mendengar hal itu menjadi sangat ketakutan” (Kisah Rasul 5:11). Kita mungkin berpikir bahwa semua orang akan takut kepada jemaat setelah itu, namun kita membaca lebih jauh bahwa, “makin lama makin bertambahlah jumlah orang yang percaya kepada Tuhan, baik laki-laki maupun perempuan” (Kisah Rasul 5:14). Kita kadang-kadang lupa bahwa rencana Tuhan itu berhasil. Disiplin harus dilaksanakan dengan nasihat dan jika perlu harus diadakan pemutusan persekutuan dari orang yang tidak berjalan dengan tertib (2 Tesalonika 3:6). Kita kadang-kadang segan untuk mempraktekkan disiplin seperti yang dilakukan pada abad pertama, padahal disiplin itu adalah unsur yang penting bagi pertumbuhan sebuah jemaat. Paling tidak ada 5 alasan mengapa disiplin itu penting: (1) Untuk mendemonstrasikan kepada dunia bahwa gereja tidak mentoleransi dosa; (2) Untuk memberi peringatan kepada anggota jemaat agar melawan dosa; (3) Untuk menjaga kemurnian jemaat; (4) Untuk memulihkan yang sesat; (5) Untuk mematuhi ajaran Alkitab.
6. Penekanan pada “setiap hari.” Dengan bertekun dan sehati, mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergiliran dan makan bersama-sama dengan gembira dan tulus hati” (Kisah Rasul 2:46). Murid-murid yang mula-mula itu melaksanakan iman mereka tiap-tiap hari. Seringkali kita hanya menjadi orang Kristen “hari Minggu” saja atau di “gedung gereja” saja. Kita menyamakan seluruh tanggung jawab kekristenan kita dengan menghadiri kebaktian Minggu atau setiap kali ada perhimpunan di gedung gereja. Murid-murid yang pertama ini tidak pernah lupa akan misi gereja “setiap hari mereka mengajar di bait Allah dan di rumah-rumah dan memberitakan Injil tentang Yesus yang adalah Mesias” (Kisah Rasul 5:42).
7. Komitmen. Setelah rasul-rasul dihadapkan ke depan mahkamah agama dan diperintahkan untuk tidak berbicara dalam nama Yesus lagi, mereka dipukul dan kemudian dilepaskan. Kita tahu bahwa “rasul-rasul itu meninggalkan mahkamah agama dengan suka-cita, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena nama Yesus” (Kisah Rasul 5:41). Devosi seperti itu dimana mereka bersuka-cita bahwa mereka layak menderita, patut kita jadikan contoh komitmen terhadap kebenaran. Pantas mereka bertumbuh! Apakah jemaat dimana Anda berbakti mempraktekkan hal-hal di atas? Apakah jemaat dimana Anda berbakti dapat dijadikan “model” bagi jemaat-jemaat lainnya? Marilah kita mencontoh apa yang dilakukan oleh jemaat yang mula-mula agar kita dapat bertumbuh, semoga! (editor).