Pertanyaan-pertanyaan Tentang Baptisan
Tidak dapat disangkal bahwa baptisan adalah sebuah topik penting Alkitab. Baptisan secara langsung disebutkan kira-kira 100 kali di dalam 12 kitab dalam Perjanjian Baru. Yesus membicarakan baptisan setelah Dia bangkit dari antara orang mati, sambil mengatakan kepada rasulNya, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” (Matius 28:19). Ini adalah kehendak Kristus supaya pengikut-pengikutNya pergi dan mengajar (menjadikan murid) segala bangsa, membaptiskan mereka yang percaya dan menerima pengajaranNya.
Ajaran Alkitab tentang baptisan air tidaklah rumit. Sayangnya, di sepanjang sejarah, manusia telah sering memberikan jawaban-jawaban yang menimbulkan pertentangan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan baptisan seperti bagaimana itu terjadi, siapa yang akan menerimanya dan apa tujuannya. Hal ini telah mengakibatkan sebagian besar orang menjadi bingung. Kami minta Anda dengan hati-hati mempertimbangkan apa yang dikatakan Perjanjian Baru tentang topik-topik penting ini. Sementara memang benar bahwa beragam macam baptisan lainnya yang disebutkan dalam kitab suci, maka di dalam traktat ini semua referensi untuk “baptisan” adalah pada baptisan air.
Percikkan, Tuangan atau Pembenaman?
Kamus-kamus modern dalam bahasa Inggris menunjukkan bahwa baptisan dapat dilakukan oleh seseorang dalam 3 cara dengan memercikkan air, menuangkan air atau dengan membenamkan ke dalam air. Sekarang ini beberapa kelompok agama menerima ketiganya sebagai suatu sarana (alat) yang syah untuk melaksanakan baptisan, sementara yang lainnya menegaskan bahwa hanya satu dari tiga jenis baptisan ini yang berkenan.
Apakah berarti bahwa percikkan, tuangan dan pembenaman memiliki kesamaan? Masing-masing memang melibatkan penggunaan air, tetapi apakah masing-masing memenuhi semua kriteria Alkitab sebagai baptisan? Mari kita membuka Alkitab dan melihat:
- Air adalah elemen yang terbaik untuk baptisan (Kisah Rasul 10:48).
- Yohanes pembaptis membaptis di Ainon “sebab ada banyak air disana” (Yohanes 3:23).
- Baptisan mencakup datang ke tempat dimana disitu ada air (menemukan air dan orang yang akan dibaptiskan bersama-sama (Kisah Rasul 8:36).
- Baptisan mencakup turun ke dalam air (Kisah Rasul 8:36).
- Setelah baptisan keluar dari dalam air (Matius 3:16; 8:39).
- Baptisan mencakup penguburan, “dikuburkan bersama Dia di dalam baptisan” (Kolose 2:12).
- Baptisan mencakup kebangkitan (Roma 6:4, 5).
Fakta-fakta dari Alkitab di atas dengan jelas membawa kepada kesimpulan bahwa baptisan adalah suatu penguburan tubuh dengan sempurna ke dalam air dan bukan sekedar memercikkan atau menuangkan air ke atas seseorang. Perjanjian Baru ditulis pada abad I dalam bahasa Yunani Koine. Kata Yunani “Baptisma” sebagai asal kata “baptisan” yang kita gunakan diterjemahkan dengan “pembenaman”, “penyelaman” (Thayer’s Greek English Lexicon of the New Testament, page 94). Lagi kita mengenal bahwa banyak orang di zaman kita berpikir percikkan atau tuangan adalah “bentuk” baptisan yang syah, tetapi kebenaran menyatakan bahwa baptisan Alkitabiah adalah pembenaman dan menggunakan percikkan atau tuangan sebagai pengganti selam adalah sesuatu yang diputuskan oleh manusia untuk dilakukan jauh setelah Alkitab ditulis. Kewajiban kita adalah berbicara dan bertindak “sebagaimana orang yang menyampaikan firman Allah” (1 Petrus 4:11), bukan tradisi-tradisi manusia.
Siapakah Yang Harus Dibaptiskan?
Bukan setiap orang adalah seorang calon yang layak untuk menerima baptisan yaitu bukan setiap orang adalah seorang yang harus dibaptiskan. Menurut Perjanjian Baru, orang semacam apa yang dapat dibaptiskan?
Perhatikan contoh kira-kira 3000 orang Yahudi yang dibaptiskan pada hari Pentakosta (Kisah Rasul 2). Sebelum mereka dibaptis pertama-tama mereka mendengar firman Allah yang diberitakan seperti yang dikatakan Petrus kepada mereka, “camkanlah perkataanku ini” (Kisah Rasul 2:14, 37). Sebelum mereka dibaptiskan, mereka memiliki pengetahuan tentang Yesus Kristus, karena Petrus berkata kepada mereka, “Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus" (Kisah Rasul 2:36). Sebelum mereka dibaptiskan, hati mereka sangat pedih (Kisah Rasul 2:37). Sebelum mereka dibaptiskan, mereka dapat berbicara atau berkomunikasi. Mereka dapat bertanya, “Apakah yang harus kami perbuat, Saudara-saudara?” (Kisah Rasul 2:37). Pertanyaan ini juga menunjukkan bahwa sebelum dibaptiskan mereka memiliki keinginan untuk mengetahui apa yang harus dilakukan seseorang agar selamat.
Selanjutnya, kita mempelajari bahwa orang-orang yang dibaptiskan pada hari besar itu adalah orang-orang berdosa. Kita ketahui hal ini benar karena Petrus memerintahkan mereka untuk bertobat (Kisah Rasul 2:38), dan hanya orang-orang berdosalah yang semestinya dan perlu bertobat. Mereka yang dibaptis ini mengerti tujuan dari apa yang mereka lakukan. Petrus berkata, "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus” (Kisah Rasul 2:38). Tambahan pula, orang-orang yang dibaptis ini melakukan demikian sebagai hasil dari dengan senang hati telah menerima firman (Kisah Rasul 2:41).
Kisah lain baptisan dalam kitab Kisah Rasul memberikan kepada kita informasi tambahan yang sangat menolong berikut ini: “Orang-orang yang dibaptiskan adalah laki-laki dan perempuan-perempuan (Kisah Rasul 8:12), mereka sendiri mengungkapkan keinginan untuk dibaptiskan (“Apakah yang menghalangi aku untuk dibaptiskan?” - Kisah Rasul 8:36). Mereka mengakui iman mereka kepada Yesus adalah Anak Allah (Kisah Rasul 8:37), dan bersuka-cita setelah dibaptiskan (Kisah Rasul 8:39).
Para sahabat, referensi-referensi dari Alkitab di atas menjadikannya jelas bahwa oranng-orang yang harus dibaptiskan hanyalah mereka yang berdosa, telah mendengar Injil yang diberitakan, mengerti dan percaya Injil, mau bertobat dari dosa-dosa mereka, mengakui iman mereka kepada Yesus Kristus, dan sepenuhnya mengerti tujuan baptisan.
Bagaimana Dengan Membaptiskan Bayi?
Haruskah bayi dibaptiskan? Beberapa orang lagi mengatakan bahwa mereka tidak harus dibaptiskan dan sedangkan yang lain berpikir bahwa itu sebenarnya bukan masalah. Lalu apakah yang dinyatakan kitab suci?
Sebagaimana telah kita ketahui sebelumnya bahwa ada hal-hal tertentu yang harus dapat dimengerti dan dilakukan seseorang sebelum dibaptiskan. Bayi dan anak-anak kecil jelas tidak dapat melakukan hal ini, dan karena itu mereka bukanlah calon yang layak menerima baptisan. Secara tradisional, beberapa kelompok orang telah mempraktekkan apa yang disebut dengan “baptisan bayi”. Apakah baptisan bayi ditemukan di dalam Alkitab? Jika demikian, di kitab apa, pasal berapa dan ayat berapa kita dapat membaca tentang itu? Para sahabat, tidak ada ayat yang membicarakannya! Jika di dalam Perjanjian Baru tidak ada satu-pun perintah untuk membaptiskan bayi, tidak ada contoh untuk hal yang demikian, atau tidak ada implikasi (tersirat) bahwa Allah mengizinkan hal itu, maka kita harus menyimpulkan bahwa baptisan bayi bukan berasal dari Allah, tetapi dari manusia. Dimana otoritas Perjanjian Baru untuk membaptiskan bayi? Tidak ada sama sekali! Oleh karena itu, adalah tidak sesuai dengan kehendak Allah untuk membaptiskan bayi?
Apakah Tujuan Baptisan?
Firman Allah memberikan jawaban yang jelas terhadap pertanyaan ini bahwa semua orang yang mau meluangkan waktu dengan jujur menyelidiki kitab suci akan melihat kebenaran Tuhan. Sebelum Paulus dibaptiskan, seorang hamba Yesus berkata kepadaNya, “Dan sekarang, mengapa engkau masih ragu-ragu? Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan!” (Kisah Rasul 22:16). Menurut pernyataan ini, apakah tujuan baptisan bagi Paulus? Bukankah untuk membasuh bersih dosa-dosanya?
Dua puluh pasal sebelum peristiwa ini, telah dicatat bahwa pada hari Pentakosta, orang-orang Yahudi yang berkumpul di Yerusalem bertanya kepada rasul-rasul, “Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?” Apakah yang dikatakan oleh Roh Kudus kepada mereka melalui rasul Petrus? "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus” (Kisah Rasul 2:38). Apakah orang-orang itu disuruh berbaptis karena mereka telah menerima pengampunan dosa sebelum mereka dibaptiskan atau apakah mereka disuruh berbaptis supaya dosa-dosa mereka diampuni? Pernyataan Petrus jelas bahwa tujuan baptisan bagi mereka adalah untuk menerima “pengampunan dosa.”
Bagaimana dengan Markus 16:16? Yesus berkata, “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.” Menurut perkataan Yesus ini, siapa yang akan diselamatkan? Seorang yang percaya sajakah? Tidak, seorang yang dibaptis sajakah? Tidak, tetapi seorang yang percaya dan dibaptiskan. Di dalam Perjanjian Baru ada setidaknya 6 ayat yang didalamnya menyebutkan; (1) Baptisan dan (2) Keselamatan atau penerimaan berkat dari Tuhan. Di masing-masing kasus baptisan disebutkan pertama sebagai syarat untuk menerima berkat (atau memasuki suatu persekutuan yang baru). Sketsa berikut ini meringkas hal ini:
Silahkan buka Alkitab dan bacalah sendiri semua ayat ini. Anda akan melihat bahwa ayat-ayat ini tidak mengajarkan baptisan ke dalam air satu-satunya syarat keselamatan. Tetapi tanpa diragukan ayat-ayat ini menunjukan bahwa di dalam rencana Allah seseorang harus dibaptis ke dalam air supaya selamat atau dosa-dosanya disucikan.
Adalah penting bahwa baptisan disebutkan di setiap peristiwa pertobatan yang tercatat di dalam kitab Kisah Rasul. Hal ini tidak berarti bahwa baptisan adalah lebih penting dari pada iman atau pertobatan. Tetapi itu menunjukkan bahwa sama seperti iman dan pertobatan, baptisan adalah syarat yang sangat perlu untuk keselamatan.
Baptisan bukanlah “segalanya” yang harus dilakukan seseorang untuk berkenan kepada (menyenangkan) Allah. Setelah seseorang telah dibaptis selaras dengan apa yang diajarkan kitab suci, maka dia telah berada di dalam Kristus (Roma 6:3, 4). Tetapi sebagai seorang ciptaan baru atau bayi di dalam Kristus (2 Korintus 5:17), dia baru saja memulai kehidupannya sebagai seorang Kristen. Setelah baptisan dia miliki, tanggung-jawab penting untuk melayani Yesus dengan setia di sepanjang umur hidupnya.
Ajaran Alkitab tentang baptisan air tidaklah rumit. Sayangnya, di sepanjang sejarah, manusia telah sering memberikan jawaban-jawaban yang menimbulkan pertentangan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan baptisan seperti bagaimana itu terjadi, siapa yang akan menerimanya dan apa tujuannya. Hal ini telah mengakibatkan sebagian besar orang menjadi bingung. Kami minta Anda dengan hati-hati mempertimbangkan apa yang dikatakan Perjanjian Baru tentang topik-topik penting ini. Sementara memang benar bahwa beragam macam baptisan lainnya yang disebutkan dalam kitab suci, maka di dalam traktat ini semua referensi untuk “baptisan” adalah pada baptisan air.
Percikkan, Tuangan atau Pembenaman?
Kamus-kamus modern dalam bahasa Inggris menunjukkan bahwa baptisan dapat dilakukan oleh seseorang dalam 3 cara dengan memercikkan air, menuangkan air atau dengan membenamkan ke dalam air. Sekarang ini beberapa kelompok agama menerima ketiganya sebagai suatu sarana (alat) yang syah untuk melaksanakan baptisan, sementara yang lainnya menegaskan bahwa hanya satu dari tiga jenis baptisan ini yang berkenan.
Apakah berarti bahwa percikkan, tuangan dan pembenaman memiliki kesamaan? Masing-masing memang melibatkan penggunaan air, tetapi apakah masing-masing memenuhi semua kriteria Alkitab sebagai baptisan? Mari kita membuka Alkitab dan melihat:
- Air adalah elemen yang terbaik untuk baptisan (Kisah Rasul 10:48).
- Yohanes pembaptis membaptis di Ainon “sebab ada banyak air disana” (Yohanes 3:23).
- Baptisan mencakup datang ke tempat dimana disitu ada air (menemukan air dan orang yang akan dibaptiskan bersama-sama (Kisah Rasul 8:36).
- Baptisan mencakup turun ke dalam air (Kisah Rasul 8:36).
- Setelah baptisan keluar dari dalam air (Matius 3:16; 8:39).
- Baptisan mencakup penguburan, “dikuburkan bersama Dia di dalam baptisan” (Kolose 2:12).
- Baptisan mencakup kebangkitan (Roma 6:4, 5).
Fakta-fakta dari Alkitab di atas dengan jelas membawa kepada kesimpulan bahwa baptisan adalah suatu penguburan tubuh dengan sempurna ke dalam air dan bukan sekedar memercikkan atau menuangkan air ke atas seseorang. Perjanjian Baru ditulis pada abad I dalam bahasa Yunani Koine. Kata Yunani “Baptisma” sebagai asal kata “baptisan” yang kita gunakan diterjemahkan dengan “pembenaman”, “penyelaman” (Thayer’s Greek English Lexicon of the New Testament, page 94). Lagi kita mengenal bahwa banyak orang di zaman kita berpikir percikkan atau tuangan adalah “bentuk” baptisan yang syah, tetapi kebenaran menyatakan bahwa baptisan Alkitabiah adalah pembenaman dan menggunakan percikkan atau tuangan sebagai pengganti selam adalah sesuatu yang diputuskan oleh manusia untuk dilakukan jauh setelah Alkitab ditulis. Kewajiban kita adalah berbicara dan bertindak “sebagaimana orang yang menyampaikan firman Allah” (1 Petrus 4:11), bukan tradisi-tradisi manusia.
Siapakah Yang Harus Dibaptiskan?
Bukan setiap orang adalah seorang calon yang layak untuk menerima baptisan yaitu bukan setiap orang adalah seorang yang harus dibaptiskan. Menurut Perjanjian Baru, orang semacam apa yang dapat dibaptiskan?
Perhatikan contoh kira-kira 3000 orang Yahudi yang dibaptiskan pada hari Pentakosta (Kisah Rasul 2). Sebelum mereka dibaptis pertama-tama mereka mendengar firman Allah yang diberitakan seperti yang dikatakan Petrus kepada mereka, “camkanlah perkataanku ini” (Kisah Rasul 2:14, 37). Sebelum mereka dibaptiskan, mereka memiliki pengetahuan tentang Yesus Kristus, karena Petrus berkata kepada mereka, “Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus" (Kisah Rasul 2:36). Sebelum mereka dibaptiskan, hati mereka sangat pedih (Kisah Rasul 2:37). Sebelum mereka dibaptiskan, mereka dapat berbicara atau berkomunikasi. Mereka dapat bertanya, “Apakah yang harus kami perbuat, Saudara-saudara?” (Kisah Rasul 2:37). Pertanyaan ini juga menunjukkan bahwa sebelum dibaptiskan mereka memiliki keinginan untuk mengetahui apa yang harus dilakukan seseorang agar selamat.
Selanjutnya, kita mempelajari bahwa orang-orang yang dibaptiskan pada hari besar itu adalah orang-orang berdosa. Kita ketahui hal ini benar karena Petrus memerintahkan mereka untuk bertobat (Kisah Rasul 2:38), dan hanya orang-orang berdosalah yang semestinya dan perlu bertobat. Mereka yang dibaptis ini mengerti tujuan dari apa yang mereka lakukan. Petrus berkata, "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus” (Kisah Rasul 2:38). Tambahan pula, orang-orang yang dibaptis ini melakukan demikian sebagai hasil dari dengan senang hati telah menerima firman (Kisah Rasul 2:41).
Kisah lain baptisan dalam kitab Kisah Rasul memberikan kepada kita informasi tambahan yang sangat menolong berikut ini: “Orang-orang yang dibaptiskan adalah laki-laki dan perempuan-perempuan (Kisah Rasul 8:12), mereka sendiri mengungkapkan keinginan untuk dibaptiskan (“Apakah yang menghalangi aku untuk dibaptiskan?” - Kisah Rasul 8:36). Mereka mengakui iman mereka kepada Yesus adalah Anak Allah (Kisah Rasul 8:37), dan bersuka-cita setelah dibaptiskan (Kisah Rasul 8:39).
Para sahabat, referensi-referensi dari Alkitab di atas menjadikannya jelas bahwa oranng-orang yang harus dibaptiskan hanyalah mereka yang berdosa, telah mendengar Injil yang diberitakan, mengerti dan percaya Injil, mau bertobat dari dosa-dosa mereka, mengakui iman mereka kepada Yesus Kristus, dan sepenuhnya mengerti tujuan baptisan.
Bagaimana Dengan Membaptiskan Bayi?
Haruskah bayi dibaptiskan? Beberapa orang lagi mengatakan bahwa mereka tidak harus dibaptiskan dan sedangkan yang lain berpikir bahwa itu sebenarnya bukan masalah. Lalu apakah yang dinyatakan kitab suci?
Sebagaimana telah kita ketahui sebelumnya bahwa ada hal-hal tertentu yang harus dapat dimengerti dan dilakukan seseorang sebelum dibaptiskan. Bayi dan anak-anak kecil jelas tidak dapat melakukan hal ini, dan karena itu mereka bukanlah calon yang layak menerima baptisan. Secara tradisional, beberapa kelompok orang telah mempraktekkan apa yang disebut dengan “baptisan bayi”. Apakah baptisan bayi ditemukan di dalam Alkitab? Jika demikian, di kitab apa, pasal berapa dan ayat berapa kita dapat membaca tentang itu? Para sahabat, tidak ada ayat yang membicarakannya! Jika di dalam Perjanjian Baru tidak ada satu-pun perintah untuk membaptiskan bayi, tidak ada contoh untuk hal yang demikian, atau tidak ada implikasi (tersirat) bahwa Allah mengizinkan hal itu, maka kita harus menyimpulkan bahwa baptisan bayi bukan berasal dari Allah, tetapi dari manusia. Dimana otoritas Perjanjian Baru untuk membaptiskan bayi? Tidak ada sama sekali! Oleh karena itu, adalah tidak sesuai dengan kehendak Allah untuk membaptiskan bayi?
Apakah Tujuan Baptisan?
Firman Allah memberikan jawaban yang jelas terhadap pertanyaan ini bahwa semua orang yang mau meluangkan waktu dengan jujur menyelidiki kitab suci akan melihat kebenaran Tuhan. Sebelum Paulus dibaptiskan, seorang hamba Yesus berkata kepadaNya, “Dan sekarang, mengapa engkau masih ragu-ragu? Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan!” (Kisah Rasul 22:16). Menurut pernyataan ini, apakah tujuan baptisan bagi Paulus? Bukankah untuk membasuh bersih dosa-dosanya?
Dua puluh pasal sebelum peristiwa ini, telah dicatat bahwa pada hari Pentakosta, orang-orang Yahudi yang berkumpul di Yerusalem bertanya kepada rasul-rasul, “Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?” Apakah yang dikatakan oleh Roh Kudus kepada mereka melalui rasul Petrus? "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus” (Kisah Rasul 2:38). Apakah orang-orang itu disuruh berbaptis karena mereka telah menerima pengampunan dosa sebelum mereka dibaptiskan atau apakah mereka disuruh berbaptis supaya dosa-dosa mereka diampuni? Pernyataan Petrus jelas bahwa tujuan baptisan bagi mereka adalah untuk menerima “pengampunan dosa.”
Bagaimana dengan Markus 16:16? Yesus berkata, “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.” Menurut perkataan Yesus ini, siapa yang akan diselamatkan? Seorang yang percaya sajakah? Tidak, seorang yang dibaptis sajakah? Tidak, tetapi seorang yang percaya dan dibaptiskan. Di dalam Perjanjian Baru ada setidaknya 6 ayat yang didalamnya menyebutkan; (1) Baptisan dan (2) Keselamatan atau penerimaan berkat dari Tuhan. Di masing-masing kasus baptisan disebutkan pertama sebagai syarat untuk menerima berkat (atau memasuki suatu persekutuan yang baru). Sketsa berikut ini meringkas hal ini:
Markus 16:16 | Dibaptiskan | Akan diselamatkan |
Kisah Rasul 2:38 | Berbaptis | Pengampunan dosa |
Kisah Rasul 22:16 | Berbaptis | Membasuh dosa-dosa bersih |
Roma 6:3, 4 | Dibaptiskan | Ke dalam Kristus, untuk kehidupan baru. |
Galatia 3:27 | Dibaptiskan | Ke dalam Kristus. |
1 Petrus 3:22 | Baptisan | Yang sekarang menyelamatkan |
Silahkan buka Alkitab dan bacalah sendiri semua ayat ini. Anda akan melihat bahwa ayat-ayat ini tidak mengajarkan baptisan ke dalam air satu-satunya syarat keselamatan. Tetapi tanpa diragukan ayat-ayat ini menunjukan bahwa di dalam rencana Allah seseorang harus dibaptis ke dalam air supaya selamat atau dosa-dosanya disucikan.
Adalah penting bahwa baptisan disebutkan di setiap peristiwa pertobatan yang tercatat di dalam kitab Kisah Rasul. Hal ini tidak berarti bahwa baptisan adalah lebih penting dari pada iman atau pertobatan. Tetapi itu menunjukkan bahwa sama seperti iman dan pertobatan, baptisan adalah syarat yang sangat perlu untuk keselamatan.
Baptisan bukanlah “segalanya” yang harus dilakukan seseorang untuk berkenan kepada (menyenangkan) Allah. Setelah seseorang telah dibaptis selaras dengan apa yang diajarkan kitab suci, maka dia telah berada di dalam Kristus (Roma 6:3, 4). Tetapi sebagai seorang ciptaan baru atau bayi di dalam Kristus (2 Korintus 5:17), dia baru saja memulai kehidupannya sebagai seorang Kristen. Setelah baptisan dia miliki, tanggung-jawab penting untuk melayani Yesus dengan setia di sepanjang umur hidupnya.