Penyembahan Yang Berkenan

Manusia adalah ciptaan Allah yang memiliki sifat untuk menyembah. Ia lain dari mahluk ciptaan Allah lainnya. Manusia memiliki perasaan yang sama dengan penciptaNya yaitu mengasihi dan dikasihi. Oleh sebab itu berbakti adalah sebahagian dari arti kehidupan manusia. Adalah tidak mungkin bagi manusia untuk hidup dan tidak menyembah. Seperti halnya manusia perlu makan dan minum setiap hari, demikian juga di dalam hal penyembahan.

Manusia bisa menyembah objek yang benar atau juga objek yang salah, meskipun demikian manusia tetap akan menyembah. Berbakti yang benar tergantung kepada pilihan manusia itu sendiri berdasarkan pengetahuan yang ia miliki sesuai dengan kehendak Tuhan.

Ada beberapa macam sikap penyembahan yang disebutkan dalam Alkitab dan kita harus melakukan dengan cara yang benar.

Macam-macam sikap berbakti dalam Alkitab antara lain:

Berbakti dalam kebodohan, Kisah Rasul 17:22-23.

Apakah yang dimaksud dengan berbakti yang seperti ini? Mereka berbakti kepada Allah yang mereka tidak kenal. Meskipun ibadah ini dilakukan dengan sungguh-sungguh akan tetapi tidak ada objek yang di tuju, maka itu akan menjadi sia-sia saja, tidak ada yang mendengarkan dan menjawab ibadah itu. Meskipun demikian ada sebahagian orang yang melakukan ibadah yang seperti ini.

Berbakti yang menuruti keinginan sendiri , Kolose 2:23; Roma 16:17.

Apakah maksudnya? Allah telah mengatur bagaimana cara untuk beribadah kepadaNya tetapi manusia tidak tunduk kepada peraturan-peraturan Allah. Manusia berusaha untuk mengganti peraturan itu dengan caranya sendiri supaya kelihatan lebih khidmat, lebih menarik, lebih ramai, dan lain-lain. Meskipun ini dilakukan dengan bersungguh-sungguh, bagi Allah penyembahan yang demikian tetap tidak berkenan kepadaNya.

Kebaktian yang menyukakan manusia, Matius 15:9

Tuhan Yesus menegur orang-orang Israel dalam hal peribadatan dimana mereka lebih mementingkan penampilan lahiriah, apa yang dilihat oleh manusia, untuk menyenangkan manusia, tidak sepenuhnya melakukan perintah Tuhan, asalkan tidak ditolak oleh manusia. Kebaktian ini sama seperti yang dilakukan oleh orang-orang Parisi yaitu peribadatan yang dilandasi dengan kemunafikan.

Menuruti tradisi, Yohanes 4:20.

Peribadatan ini tidak dilandasi atas iman kepada perintah-perintah Tuhan dalam peribadatan tetapi lebih kepada mengikuti agama orang-orang tua kita yaitu kalau orang tua kita menyembah Tuhan, maka anak harus menyembah Tuhan, kalau orang tua menyembah berhala, maka anakpun akan menyembah berhala. Dalam contoh ayat di atas tentang perempuan Samaria, yang menyembah di atas gunung oleh karena nenek moyangnya menyembah di atas gunung. Penyembahan ini tidak berkenan kepada Allah sebab menyembah Allah harus dari keyakinan dan iman masing-masing individu yang sesuai dengan perintah Tuhan.

Dalam Roh dan Kebenaran , Yohanes 4:23-24.

Inilah peribadatan yang di kehendaki Allah yaitu orang yang menyembah harus dalam Roh, maksudnya bersungguh-sungguh, tidak ada kepura-puraan atau kemunafikan, dalam kebenaran, Yohanes 17:17. Kebenaran adalah Firman Allah, maka peribadatan yang berkenan kepada Allah yaitu bersungguh-sungguh dengan hati yang tulus ingin berbakti serta disertai kebenaran FirmanNya bagaimana berbakti yang benar, maka peribadatan itu akan diterima oleh Allah.

Bagaimanakah keadaan yang benar dan penyembahan yang diterima menurut Yohanes 4:23-24 itu?

Ada tiga hal yang sangat perlu untuk dipertimbangkan:

Pertama:

Di dalam berbakti yang benar, objek yang harus kita tuju adalah Allah, sebab hanya Allah saja yang patut untuk di sembah. Ia mendengar segala permohonan kita dan Allah juga bersedia untuk menjawab segala permohonan kita.

Kedua:

Di dalam motif yang benar yaitu di dalam Roh. Dalam berbakti bukan saja kita membawa tubuh kita untuk hadir dalam berbakti tetapi yang lebih utama ialah bagaimana roh kita (kesungguhan hati) di dalam kebaktian. Banyak orang yang hadir dalam berbakti, duduk bernyanyi, mendengarkan Firman tetapi hati dan pikirannya tidak tertuju pada saat berbakti melainkan pikirannya berada di tempat lain. Inilah yang disebut berbakti tidak di dalam Roh dan banyak orang Kristen yang melakukan kebaktian seperti ini.

Ketiga:

Di dalam cara yang benar yaitu di dalam kebenaran. Apakah kebenaran? Firman Allah adalah kebenaran, Yohanes 17:17. Maka jikalau kita ingin berbakti dengan cara yang benar sesuai dengan keinginan Allah, tentu saja tidak ada cara lain, selain menurut petunjuk Firman Allah karena di dalamnya memberi petunjuk cara-cara berbakti sesuai dengan keinginan Allah.

Sebab itu ada beberapa hal yang menghalangi penyembahan yang benar. Beberapa hal berikut ini dapat memberi pelajaran bagi kita dalam memperbaiki cara ibadah kita agar lebih baik lagi kepada Allah.

A. Munafik, Matius 6:1-2. Seperti orang-orang Parisi, dalam beribadah hendak menunjukkan kepada orang banyak, bahwa ia adalah orang yang sangat saleh, tetapi di hadapan Allah ia sama sekali bukanlah orang beribadat.

B. Lebih mementingkan keduniawian, 1 Yohanes 2:15-17.
Berbakti kepada Allah hanyalah sebagai pilihan kedua, jika tidak ada kegiatan duniawi, maka ia akan pergi untuk berbakti. Banyak orang Kristen yang lebih mengutamakan pekerjaannya atau hiburan dari pada ia harus pergi ke gereja. Banyak orang Kristen yang ketika hari Tuhan tiba mereka tidak hadir melainkan pergi ke tempat lain untuk memenuhi undangan duniawi.

C. Ketidak-disiplinan dalam ibadah atau keteraturan, 1 Korintus 11:7. Dalam beribadah Allah menuntut keteraturan atau disiplin, sebab tanpa kedisiplinan ibadah itu sendiri akan terganggu, sehingga konsentrasi dalam kebaktian sudah tidak ada lagi karena itu dalam beribadah harus dipersiapkan, anak-anak harus diatur agar tidak mengganggu orang lain dalam peribadatan, para orang tua harus mendampingi anak-anaknya agar tidak mengganggu konsentrasi orang lain.

D. Kesiapan tubuh dan roh dalam peribadatan, Roma 12:1-2. Berbakti kepada Tuhan melibatkan dua hal yaitu tubuh dan roh. Sebab itu setiap orang Kristen wajib mempersembahkan korban yang hidup lagi kudus kepada Allah yaitu tubuh dan roh karena itulah ibadah yang berkenan kepada Tuhan.