Menemukan Kehidupan

Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya” (Matius 10:39).

Betapa berharganya hidup ini:

Hidup itu singkat. Yakobus mengatakan bahwa hidup itu adalah “seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap” (Yakobus 4:14). Manusia, seperti bunga, ia berkembang lalu layu, seperti bayang-bayang, ia hilang lenyap (Ayub 14:1-2). Manusia lahiriah kita merosot dalam hidup ini, kita mengeluh dalam kemah ini (2 Korintus 4:16-5:10). Bayard Taylor mengatakan: “Hidup kita menghilang laksana kerlipan bintang dalam hari-hari Allah yang kekal.”

Hidup itu indah. Itu kalau kita menjadikan hidup itu bermakna dengan menggunakan kesempatan yang diberikan. Tidak seperti gambaran dari Macbeth Shakespeare, hidup bukanlah, “sebuah dongeng yang diceritakan oleh seorang idiot, penuh suara dan kemarahan, tidak bermakna.” Orang yang mencintai kehidupan yang baik akan mendapatkannya, bahkan hidup yang berkelimpahan (1 Petrus 3:10, 11; Yakobus 10:10).

Hidup itu diberikan oleh Allah. Paulus mengatakan, “Kita berasal dari keturunan Allah” (Kisah Rasul 17:29). Kita harus setia dalam pelayanan hidup yang penuh berkat ini (1 Korintus 4:2), sebab suatu hari segera akan, “debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya (Pengkhotbah 12:7).

Kemungkinan-kemungkinan hidup:

Hidup yang baik. Hidup kita haruslah membuat dunia ini menjadi sebuah tempat yang lebih baik. Lakukanlah kepada orang lain apa yang kita ingin orang lain lakukan kepada kita (Lukas 6:31). Kita harus berusaha untuk berbuat baik kepada semua orang (Galatia 6:10). Kehidupan yang terbaik adalah kehidupan melayani. Orang yang melayani akan menjadi besar diantaramu (Matius 20:26-28).

Hidup beribadah. “Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan duniawi dan supaya kita bijaksana, adil dan beribadah di dunia sekarang ini” (Titus 2:13). William Pen mengatakan, “Akhir sesungguhnya dari hidup adalah mengetahui bahwa hidup itu tidak pernah berakhir”. Hidup beribadah menuntut suatu hidup yang berkorban (Roma 12:1, 2), dan mengasihi Bapa dari pada mengasihi dunia ini (1 Yohanes 2:15-17).

Hidup yang memberi. Paulus menunjuk orang-orang Makedonia sebagai contoh dalam memberi. Alasan mengapa mereka memberi dengan berkelimpahan di tengah-tengah kemiskinan mereka adalah karena “mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami” (2 Korintus 8:1-5). William James mengatakan, “Penggunaan hidup yang besar adalah dengan menggunakan hidup ini untuk sesuatu yang akan melampaui hidup itu.” Kristus, contoh yang sem- purna dalam memberi mengatakan, “Terlebih berkat memberi dari pada menerima” (Kisah Rasul 20:35)

Prioritas-prioritas hidup. Menjangkau ke depan. Orang Kristen adalah orang yang optimistik, mencari potensi mereka, maka menghadapi masa lampau tanpa mengeluh dan masa depan tanpa takut. Paulus mengatakan bahwa dia melupakan hal-hal yang di belakang dan mengarahkan diri pada apa yang dihadapan (Filipi 3:13).

Menjangkau ke luar. Orang Kristen senyum, mengangkat yang lemah, mencari kesempatan untuk menjangkau ke luar. Sesungguhnya tidak ada orang hidup sendiri dan mati untuk diri sendiri (Roma 14:7).

Menjangkau ke atas. Orang Kristen mengangkat tangannya yang suci kepada Allah yang menyelamatkan (1 Timotius 2:8).

Persiapan Hidup

Persiapan sikap. Dari hati yang suci, sikap orang Kristen akan membuat seseorang itu lebih baik dalam setiap situasi kehidupan (Amsal 23:7).

Persiapan rohani. “Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama Kristus, carilah perkara yang di atas, dimana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi” (Kolose 3:1, 2). Yesus menyatakan, “Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu” (Matius 22:37).

Persiapan cita-cita. “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” (Matius 16:26). Seseorang berkata, “Kita harus hidup sedemikian rupa sehingga ketika pengkhotbah mengatakan kata-kata terakhirnya atas tubuh kita yang tak bernyawa, orang-orang tidak akan berpikir bahwa mereka telah menghadiri penguburan yang salah.” ( Diangkat dari “Defender” Vol. XVIII No. 9 September 1989 - diadaptasi sesuai dengan keadaan di Indonesia ).