Karakteristik Alkitab

Alkitab yang selama berabad-abad telah menjadi dasar teologi bagi orang Kristen semakin menunjukkan keunikannya di antara buku-buku yang mengguncang dunia. Alkitab memiliki karakteristik yang selain meyakinkan kita mengenai rencana keselamatan yang ada di dalamnya juga menjamin bahwa apa yang tertulis bukanlah hasil rekayasa manusia. Apakah karakteristik-karakteristik tersebut?

1. Kesatuan Gagasannya

Alkitab yang terdiri dari 66 kitab itu ditulis dalam kurun waktu lebih dari 1500 tahun oleh sekitar 40 penulis yang memiliki latar belakang, pendidikan, dan profesi yang berbeda. McDowell dalam bukunya menulis bahwa Alkitab itu adalah buku yang:

T ditulis selama kurun waktu lebih dari 1500 tahun
T ditulis selama lebih dari 40 generasi dari segala lapisan masyarakat
T ditulis di berbagai tempat yang berbeda
T ditulis pada waktu yang berbeda-beda
T ditulis dalam suasana hati yang berbeda
T ditulis di tiga benua yang berbeda
T ditulis dalam tiga bahasa yang berbeda
T dan temanya meliputi berbagai masalah yang kontroversial, yaitu masalah yang dapat memancing perbedaan pendapat bila dilontarkan atau dibicarakan.

Ia menerangkan bahwa para penulis Alkitab membicarakan ratusan masalah kontroversial secara harmonis dan berkesinambungan dari kitab Kejadian sampai kitab Wahyu. Dalam semuanya itu ada satu kisah yang berurai: “Penebusan manusia oleh Allah” (2002:42-43).

Apa yang menarik dari perbedaan-perbedaan di atas?

• Adalah suatu keajaiban bila buku yang ditulis dalam kurun waktu 1500 tahun tidak memiliki kelemahan dan pergeseran tema. Periode ini tentunya melintasi perkembangan kebudayaan dan perubahan pola pikir masyarakat yang memungkinkan orang melepas pandangan-pandangan hidup yang dianut pada awal periode dan menganut pandangan modern di akhir periode. Hal ini disebabkan oleh pengaruh lingkungan, baik faktor dari dalam maupun dari luar.

• Terlepas dari kenyataan ini, Alkitab yang ditulis dalam periode yang cukup lama itu tidak mengalami pergeseran tema sama sekali. Seperti dikutib oleh McDowel dari Geisler dan Nix (2002:43), “Taman Firdaus yang Hilang” dalam kitab Kejadian menjadi “Taman Firdaus yang Ditemukan Kembali dalam kitab Wahyu.” Para penulis yang berasal dari 40 generasi ini tetap menunjukkan kekonsistenan dalam membicarakan “Rencana Penebusan Manusia oleh Allah.” Lebih jauh lagi, bila 40 orang yang berbeda menuangkan gagasan mereka dalam sebuah karangan mengenai “tongkat” mereka akan menghasilkan karangan-karangan yang tidak berkesinambungan. Walaupun yang mereka bicarakan adalah subjek yang sama, mereka tidak memiliki pemahaman yang sama tentang topik itu. Akhirnya, terciptalah karangan yang disebut oleh Wakil dari The Great Books of The Western World “Campuran gado-gado” (McDowell, 2002:440). Tetapi topik yang dibicarakan dalam Alkitab berkesinambungan satu sama lain.

2. Kesederhanaan dan Kedalamannya

Alkitab membicarakan rencana keselamatan dengan cara yang begitu sederhana sehingga musafir pun tidak akan tersesat. Dalam waktu yang sama, lukisannya mengenai apa yang akan terjadi, seperti yang terungkap dalam penglihatan Yohanes tidak dapat dipahami sepenuhnya oleh manusia karena kedalaman pembahasannya (Winkler, 1979:329).

3. Kejujurannya

Dari nada tulisan mereka dapat disimpulkan bahwa penulis-penulis Alkitab bukanlah penipu, tetapi orang-orang jujur. Kejujuran mereka nyata dalam keberanian untuk menentang adat-istiadat mereka sendiri. Mereka tidak segan-segan mengambil resiko kehilangan nyawa.

Selain itu mereka juga jujur dalam mengungkap kelemahan-kelemahan tokoh-tokohnya. Mereka tidak pilih kasih dalam membicarakan pujian maupun kesalahan. Penulis menampilkan kualitas unggul yang dimiliki oleh Nuh dan juga mengatakan tindakannya yang memalukan. Penulis menyatakan kebenaran dan dosa-dosa Daud. Dalam Kejadian kita melihat iman Abraham dan kebohongannya.

4. Keringkasannya

Seperti yang kita lihat dalam Matius 3:13-17, baptisan Yesus hanya dibicarakan dalam lima ayat. Informasi mengenai trasfigurasi hanya disajikan dalam delapan ayat. Kematian rasul pertama hanya dibicarakan dalam delapan kata saja (Kisah Rasul 12:2).

5. Kesabaran/Pengendaliannya

Sebagian orang mempertanyakan mengapa Alkitab tidak menginformasikan dimana tubuh Musa dan apa pengalaman Lazarus ketika ia meninggal. Kalau peristiwa-peristiwa seperti itu terjadi sekarang, beritanya pasti akan memenuhi halaman depan setiap media cetak. Tetapi mengapa penulis-penulis Alkitab menahan informasi hangat tersebut? Seorang penulis mengatakan bahwa mereka menahannya untuk tujuan-tujuan tertentu (Winkler, 1979:330). Mereka hanya menyajikan hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan dan kerohanian, bukan memuaskan keingintahuan manusia.

6. Keunggulan Literaturnya

John W. Montgomery mengatakan bahwa tidak mempercayai kitab-kitab Perjanjian Baru yang ada sekarang sama saja dengan meniadakan semua kesusastraan kuno, karena tidak ada dokumen yang didukung oleh lebih banyak bibliografi seperti Perjanjian Baru (McDowell, 2002:47).

“Ganjil rasanya bila naskah-naskah Shakespeare, yang baru berusia kurang dari dua ratus delapan tahun, telah sedemikian meragukan dan menyimpang dibandingkan dengan Perjanjian Baru, yang usianya telah mencapai lebih dari 18 abad, dimana 15 abad di antaranya hanya mengandalkan tulisan tangan. Dalam setiap drama Shakespeare yang jumlahnya 37 buah, mungkin ada sekitar 100 bagian yang diperdebatkan ketepatannya….” (Len, 1922:15). Kebanyakan dari penulis-penulis Perjanjian Baru adalah orang-orang yang tidak berpendidikan, tetapi tulisan-tulisan mereka tidak kalah dengan karya-karya sastra agung.

7. Kesempurnaannya

Alkitab menyampaikan keselamatan dengan lengkap dan sempurna. Berhubungan dengan jalan keselamatan, manusia tidak perlu mencari sumber lain. Alkitab memberi hukum yang sempurna sehingga orang Kristen tidak bertanya-tanya mengenai apa yang harus dilakukan supaya selamat.

8. Kemampuannya Bertahan (McDowell, 2002:46-48).

1. Bertahan melawan waktu

Alkitab ditulis di atas bahan-bahan yang mudah rusak, disalin ulang selama ratusan tahun sebelum mesin cetak ditemukan, tetapi gaya, ketepatan, dan kebenarannya tetap dapat dipertahankan.

2. Bertahan terhadap penindasan.

Voltaire pernah mengatakan bahwa seratus tahun sejak zamannya, agama Kristen akan musnah dari muka bumi dan hanya menjadi bagian dari sejarah. Tetapi Voltairelah yang menjadi sejarah, sedangkan Kekristenan semakin tersebar dan permintaan akan Alkitab terus meningkat dari seluruh penjuru dunia. Usaha-usaha yang dilakukan untuk memusnakan Alkitab tidak pernah memperkecil jangkauan kuasa firman Allah. Sebaliknya, Alkitab tetap disebarkan lebih luas lagi hingga dewasa ini dan dibaca oleh berjuta-juta orang Kristen di seluruh dunia dan sudah diterjemahkan dalam beratus-ratus bahasa.

Kesimpulan:

Delapan karakteristik di atas memperjelas bahwa Alkitab tidak berasal dari pemikiran manusia, tetapi dari Allah. Manusia tidak mampu mengarang buku yang sedemikian sempurna, lengkap, jujur dan tidak termusnahkan. Oleh sebab itu, marilah kita tetap berdiri kokoh untuk mempertahankan iman kita dan mejadikan Alkitab sebagai sumber mutlak dalam doktrin.

Bibliogafi:
1. Lea, John W., The Greatest Book in the World, Philadelphia, 1929.
2. McDowell, Josh, Apologetika. Malang. Gandum Mas, 2002.
3. Thiessen, Henry C., Teologi Sistematika. Malang. Gandum Mas, 1995.
4. Winkler, Wendell, The Holy Scriptures. Montgomery. Winkler Publication, 1979.