Doktrin Alkitab

”Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa” (Kisah Rasul 2:42).

Doktrin bisa diartikan sebagai sistim dari sebuah agama atau aksi dan isi dari sebuah ajaran. Doktrin Alkitab berarti sistim, aksi dan isi yang terkandung dalam Alkitab. Hal itu adalah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap penganut kepercayaan akan Alkitab. Karena kalau tidak melakukan berarti seseorang itu telah menyalahi aturan yang ada. Dalam Alkitab ada banyak sistim pengajaran yang wajib dilakukan setiap orang Kristen karena hal itu berhubungan dengan nasib akhir orang Kristen itu sendiri. Dalam pelajaran ini kita akan melihat beberapa doktrin besar dalam Alkitab.

I. Allah

Alkitab memberikan wahyu yang benar tentang Allah yang hidup. Allah yang telah menyatakan diri-Nya kepada manusia sebagai Allah yang Esa yang berwujud dalam tiga Pribadi yaitu Bapa, Putera dan Rohkudus. Alkitab juga mengajarkan tentang karya Allah, sifat Allah yang harus diketahui oleh manusia.

A. Allah menciptakan alam semesta

“Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia dan juga tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa, karena Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang” (Kisah Rasul 17:24-25). “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi” (Kejadian 1:1). Allah menciptakan segala sesuatunya dari ketiadaan. Kejadian 1:1 ayat pertama dalam Alkitab menyebutkan nama Allah sebagai pencipta langit dan bumi. Banyak yang bertanya bagaimana caranya membuktikan kebenaran bahwa Allah yang menciptakan bumi dan segala isinya? Keadaan ini sebenarnya sudah berlangsung sejak abad pertama sehingga Petrus perlu mengingatkan jemaat di Asia Kecil untuk selalu siap sedia pada segala waktu untuk memberi pertanggungan-jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan-jawab dari mereka tentang pengharapan yang ada pada mereka, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat. Pemazmur dengan keyakinan yang teguh mengajak langit, matahari, bulan dan bintang untuk memuji nama Allah sebab Dialah yang menciptakan segala sesuatunya (Mazmur 145:5). Allah menunjukkan hikmat-Nya kepada umat di dunia melalui ciptaan-Nya.

B. Alkitab mengajarkan sifat dan keberadaan Allah

1. Allah itu Maha Kekal.


Allah itu tidak diciptakan. Dia tidak bergantung pada apa pun. Dia adalah “self sufficient” (berdiri sendiri). Allah tidak memiliki awal dan akhir dan Dia tidak memiliki penerus (successor). Dia tidak dibatasi oleh waktu dan Dia selalu ada, “Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah” (Mazmur 90:2). “Sesungguhnya, Allah itu besar, tidak tercapai oleh pengetahuan kita, jumlah tahun-Nya tidak dapat diselidiki” (Ayub 36:26).

2. Allah itu Tidak Berubah.

Dia tidak akan berubah dalam keberadaan-Nya, kesempurnaan-Nya, tujuan-Nya, janji-Nya. Allah itu dikatakan selalu sama baik kemarin, hari ini dan besok. Kadang-kadang memang Allah memberikan respon yang berbeda pada suatu situasi tertentu. Misalnya ketika Dia tidak jadi membinasakan kota Ninewe pada zaman nabi Yunus namun hal itu tidak menunjukkan bahwa Allah itu suka berubah atau tidak konsisiten tetapi hal itu disebabkan kemurahan dan kesabaran-Nya yang tidak menginginkan seorang pun binasa (2 Petrus 3:9).

3. Allah itu Maha Hadir.

Dia tidak dibatasi ruang dan waktu. Dia ada dalam setiap detik kehidupan manusia. Dia bisa hadir kapan saja dalam penghakiman dan dalam berkat, “Masakan Aku ini hanya Allah yang dari dekat, demikianlah firman TUHAN, dan bukan Allah yang dari jauh juga? Sekiranya ada seseorang menyembunyikan diri dalam tempat persembunyian, masakan Aku tidak melihat dia? demikianlah firman TUHAN. Tidakkah Aku memenuhi langit dan bumi? demikianlah firman TUHAN” (Yeremia 23:23-24).

4. Allah itu Roh.

Dia tidak terdiri dari material. Dia tidak melakukan sesuatu dengan aktivitas tubuh jasmani. Dia mempunyai kekuatan namun bukan kekuatan bersifat fisik. ”Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran” (Yohanes 4:24).

5. Allah itu Maha Tahu.

Dia mengetahui diri-Nya dengan sempurna. Dia mengetahui segala sesuatu yang ada dan yang terjadi dalam dunia dengan sempurna. Tidak ada yang terselubung dari pengetahuan dan pengertian Tuhan. Dia mengetahui apa yang terjadi dulu, sekarang dan saat yang akan datang. Dia mengetahui setiap perbuatan manusia. Dia mengetahui perkataan yang akan kita ucapkan sebelum kita mengucapkannya. Dia mengetahui segala hari kita bahkan sebelum kita lahir pun, “Sebab jika kita dituduh olehnya, Allah adalah lebih besar dari pada hati kita serta mengetahui segala sesuatu” (1 Yohanes 3:20). “Dan tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab” (Ibrani 4:13).

6. Allah itu Penuh Hikmat.

Dia memilih yang terbaik dengan tujuan yang terbaik. ”Bagi Dia, satu-satunya Allah yang penuh hikmat, oleh Yesus Kristus: segala kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin” (Roma 16:27). Dalam enam hari penciptaan kita bisa melihat hikmat Allah. Dia menciptakan dunia dengan sempurna sesuai dengan urutan yang logis. Dia merencanakan keselamatan bagi manusia. “Supaya sekarang oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di sorga” (Efesus 3:10). Hikmat-Nya juga bisa kita lihat di dalam gereja-Nya. Semua yang ingin hikmat bertanyalah pada Tuhan (Yakobus 1:5). Dalam segala sesuatu yang kita lakukan dalam hidup ini jikalau kita ingin yang terbaik maka Allah telah menyediakan solusi, baik dalam hal karir, rumah tangga, pendidikan, dan lain-lain.

7. Allah itu Maha Penyabar, Penuh Belas Kasihan dan Anugerah.

“TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia” (Mazmur 103:8). Dia sabar menanti umat-Nya untuk bertobat. Dia sabar menunggu bangsa Israel untuk bertobat. Walaupun bangsa Israel itu selalu memprovokasi Allah selama 40 tahun pengembaraan di padang belantara, namun Allah tetap sabar menyertai mereka hingga mereka memasuki tanah Kanaan. Kemurahan dan belas kasih-Nya atas umat Israel sehingga mereka bisa melewati padang gurun walaupun dengan terjangan musuh datang dari berbagai arah.

8. Allah itu maha kasih

Selamanya Dia menyerahkan Anak-Nya untuk yang lain (Yohanes 3:16). Inilah ayat yang menunjukkan kebesaran Allah dalam segala sesuatunya. Dia memberikan kasih-Nya yang terbesar yaitu dengan memberikan korban yang terbesar untuk kelompok manusia yang terbesar agar manusia itu mendapatkan berkat yang terbesar.

9. Allah itu Satu.

“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Rohkudus dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Ku-perintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Matius 28:19, 20). Sejak permulaan dunia ini kita sudah menemukan bentuk orang pertama jamak dalam menggambarkan tentang Allah. Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi. Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka” (Kejadian 1:26-27).

Ada tiga oknum dalam keesaan itu. Mereka adalah Bapa, Anak dan Rohkudus. Bapa bukanlah Anak. “Dan jikalau Aku menghakimi, maka penghakiman-Ku itu benar, sebab Aku tidak seorang diri, tetapi Aku bersama dengan Dia yang mengutus Aku. Dan dalam kitab Tauratmu ada tertulis, bahwa kesaksian dua orang adalah sah; Akulah yang bersaksi tentang diri-Ku sendiri, dan juga Bapa, yang mengutus Aku, bersaksi tentang Aku" (Yohanes 8:16-18). Walaupun mereka bukanlah oknum yang sama namun mereka memiliki persamaan dalam doktrin (2 Yohanes 9), mereka sama dalam proteksi (Yohanes 10:27-30), mereka satu dalam perkataan dan pekerjaan (Yohanes 14:8-11), mereka satu dalam tujuan (Yohanes 14:18-28), mereka satu dalam kepenuhan dan anugerah (Kolose 2:8-10), tetapi mereka tidak satu Pribadi. Rohkudus bukan sebuah pengaruh belaka. Dia adalah seorang pribadi. Dia memiliki kepribadian yang bisa membuat-Nya berduka, mengajar, menginstruksikan, menyaksikan, dan Dia bahkan bisa dibohongi. Yesus Kristus bukanlah sebuah ciptaan Allah seperti keyakinan beberapa kepercayaan. Dia adalah seorang Pribadi.

Perjanjian Lama menekankan tentang kesatuan Allah. Pada mulanya Allah (Elohim, jamak) menciptakan langit dan bumi (Kejadian 1:1) Dan Berfirmanlah TUHAN Allah (Elohim) "Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita” (Kejadian 3:22). “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN (Jehovah, tunggal) itu Allah (Elohim, jamak) kita, TUHAN itu esa!” (Ulangan 6:4). Dari ayat-ayat di atas kita bisa melihat penggunaan kata Elohim yang menunjuk kepada pluralitas keAllahan sementara Jehovah berbicara mengenai salah satu dari pluralitas itu.

Pluralitas yang menjadi misteri yang besar dalam Perjanjian Lama telah diungkapkan dengan pasti dalam Perjanjian Baru. Paulus mengatakan bahwa Yesus telah meninggalkan keilahian-Nya dan datang ke bumi dalam wujud seorang hamba. “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Filipi 2:5-8). Yohanes juga menekankan bahwa Firman itu telah ada sejak permulaan. “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan” (Yohanes 1:1-3). Roma 16:16 - Allah yang maha kekal; Wahyu 1:17 menunjukkan bahwa Yesus adalah yang Awal dan yang Akhir; Ibrani 9:14 menunjukkan pribadi Rohkudus yang berbeda dari Yesus dan Bapa dimana Roh dalam ayat ini dikatakan kekal. Dalam 1 Petrus 1:2, Bapa dikenal sebagai Allah yang maha mengetahui kemudian dalam Ibrani 1:8 Kristus digambarkan sebagai Pribadi yang dikatakan duduk di sebelah kanan Bapa yang di surga dan yang terakhir Rohkudus yang telah dibohongi oleh Ananias dan Safira digambarkan sebagai suatu Pribadi yang berbeda dari Bapa dan Yesus (Kisah Rasul 5:3-4). Dalam ayat-ayat yang lain dalam Alkitab kita bisa melihat betapa ketiga-Nya adalah Pribadi yang berbeda saat mereka disebutkan sebagai pencipta dunia. 2 Korintus 8:6, dikatakan Bapa sebagai pencipta kemudian dalam Yohanes 1:1-3 - dalam Yesus semuanya diciptakan dan dalam Ayub 33:4 dikatakan Roh yang menciptakan manusia dan memberi dia kehidupan

Dalam peristiwa yang lain ketiga-Nya juga disinggung secara bersamaan tetapi dalam tiga Pribadi yang berbeda. Ketika Yesus dibaptiskan ketiga Pribadi dalam keAllahan muncul dalam waktu yang bersamaan. Yesus dibaptis dan Rohkudus yang datang dalam burung Merpati dan Bapa yang di surga yang berkata, “Inilah Anakku yang Kukasihi.”

II. Manusia

Manusia pertama yaitu Adam dan Hawa adalah hasil dari kreativitas langsung dari Allah. Manusia merupakan sebuah maha karya Allah yang diciptakan menurut rupa dan teladan Allah itu sendiri dan memiliki keunggulan dari semua makhluk lain Bagaimana Alkitab berbicara tentang manusia?

A. Manusia itu diciptakan dari debu

“Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup” (Kejadian 2:7). Pengkhotbah berkata dalam pasal 12:7, “Dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya.”

B. Manusia itu terdiri dari tubuh, roh dan jiwa

1 Tesalonika 5:23; Ibrani 4:12 - Sebagaimana Allah adalah Tritunggal dalam keberadaan-Nya demikian pula dengan manusia yang diciptakan serupa dengan Allah adalah makhluk tritunggal yang terdiri dari roh, jiwa dan tubuh. Dalam Perjanjian Lama manusia dikenal sebagai memiliki ruach (roh), nephesh (jiwa) dan basar (tubuh). Dalam Perjanjian Baru, manusia itu dikenal dengan pneuma (roh), psueche (jiwa), soma (tubuh).

1. Ruach, pneuma (roh)

Roh adalah bagian manusia yang diberi Allah untuk menyokong kehidupan dan memberikan manusia itu intelektual, energi dan watak. Dia juga merupakan bagian yang sadar akan Allah dari manusia yang sanggup mengetahui siapa Allah. Pada waktu Allah menciptakan manusia, Ia menciptakan roh dalam diri manusia. Roh datang dari Allah, berada dalam diri individu dan akan kembali pada Allah pada saat kematian. Roh itu adalah bagian dari manusia yang kekal yang dapat menyembah Allah yang juga Roh adanya (Yohanes 4:24). Saat manusia itu jatuh dalam dosa, rohnya kehilangan kontak hubungan dengan Tuhan. Dan hal itu hanya bisa diperbaharui dengan adanya pemulihan jiwa melalui pertobatan. Kata ruach ini kira-kira 376 kali ditemukan dalam Perjanjian Lama dan pneuma kira-kira 381 dalam Perjanjian Baru dan pada umumnya diartikan nafas, kadang juga angin. Kata ini bisa ditemukan dalam ayat-ayat yang lain seperti Pengkhotbah 8:8, roh itu ditujukan pada kehidupan. Ulangan 34:9; Yesaya 31:3 menunjukkan bahwa roh itu adalah indestructible (tidak bisa dibinasakan); Lukas 1:17, ditujukan kepada posisi; Roma 1:9, roh itu adalah determinasi; 2 Korintus 7:1, menunjukkan manusia itu sebagai makhluk; Yakobus 2:26, roh itu adalah kehidupan.

2. Basar, sarx (tubuh).

Tubuh adalah keadaan material dari manusia yang dibentuk dari debu tanah dan ditakdirkan untuk kembali ke dalamnya. Sebagai ciptaan, ia adalah komponen material dari manusia yang terdiri dari darah dan daging, ia fana dan binasa.

Kata “basar” ditemukan kira-kira 264 kali dalam Perjanjian Lama dan 147 kali dalam Perjanjian Baru. Tubuh manusia itu adalah sebuah debu tanah (Mazmur 103:14). Adam yang pertama yang mempunyai tubuh yang alamiah dan bersifat ketanahan yang dipersiapkan dan disediakan untuk kembali menjadi tanah. Tubuh manusia adalah sebuah rumah yang dibangun untuk ditempati oleh Roh Allah (1 Korintus 3:16). Roh Allah diam dalam tubuh yang suci. Tubuh itu juga merupakan sebuah kemah, dan bila tubuh itu mati maka kemah itu diambil dan akan binasa (2 Petrus 1:13). Tubuh itu juga disebut sebagai Bait Allah. Kita mempersembahkannya sebagai sesuatu yang kudus karena telah ditebus dengan tunai (1 Korintus 6:19). Tubuh itu juga merupakan sesuatu yang hina karena dosa telah membuatnya demikian (Filipi 3:21). Beberapa ayat yang lain dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang membicarakan tentang tubuh - Kejadian 2:21, tubuh itu adalah material; Imamat 17:11, bagian dari tubuh itu bisa disunat; Pengkhotbah 12:12, tubuh itu bisa merasa lelah; Ayub 14:22, tubuh itu bisa menderita karena penyakit; Matius 16:17, merupakan bagian dari keberadaan manusia; Efesus 5:30, Yesus memilikinya; Kolose 2:5, ditujukan kepada badan kita.

3. Nephesh, psuche (jiwa).

Kata nephesh ditemukan kira-kira 428 kali dalam Perjanjian Lama dan psuche ditemukan kira-kira 102 kali dalam Perjanjian Baru dan diartikan sebagai kehidupan. Manusia bukan hanya memiliki tetapi manusia adalah suatu jiwa yang hidup. Jiwa adalah manifestasi dari kehidupan manusia secara material, mental dan emosional baik dalam tubuh maupun di luar tubuh. Juga adalah bagian dari kesadaran manusia sanggup mengenali diri sendiri. Manusia menerima jiwa dan rohnya saat Allah menghembuskannya ke dalam tubuh manusia yang dibentuk dari tanah. Nafas hidup itu meliputi roh hidup dan jiwa hidup. Kadang-kadang kata jiwa juga ditujukan kepada orang. Jiwa manusia itu mempunyai akal budi, hasrat dan emosi. Manusia itu berpikir, berimajinasi dan memiliki pengertian dan ingatan. Jiwa manusia itu juga memiliki kemampuan untuk memilih dan membuat keputusan dan dia juga mencakup perasaan baik dan buruk, sakit, gembira dan sukacita.

Beberapa ayat yang lain yang berbicara tentang jiwa dalam Alkitab - Kejadian 9:4, ditujukan kepada kehidupan; Yosua 2:13, ditujukan kepada kesadaran; 1 Raja 9:14, bisa dihilangkan oleh orang lain; Yunus 2:7, kadang bisa hilang kekuatan; Ayub 12:15, bisa berdukacita; Matius 11:29, ditujukan kepada perasaan; Kisah 2:41, ditujukan kepada orang; Kisah Rasul 2:27, akan ditemukan suatu saat di Hades.

C. Manusia itu akan mati dan dihakimi.

“Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi” (Ibrani 9:27). Manusia itu adalah makhluk yang fana. Manusia diberikan kebebasan unutk memilih dalam dunia ini. Mereka juga akan dituntut pertanggung-jawabannya pada saat meninggalkan dunia ini.

III. Keselamatan

Manusia butuh keselamatan. Dosa telah memisahkan manusia dari Allah (Yesaya 59:1-2) dan karena itu pun upah dosa yaitu kematian akan memangsa manusia (Roma 3:23). Allah dengan hikmat-Nya yang maha agung memberikan manusia itu penebusan. Manusia tidak bisa menyelamatkan diri sendiri, oleh sebab itu Allah harus membuat suatu jalan untuk menyelamatkan manusia itu (Roma 6:23). Dan Allah pun telah sempurna melakukannya dengan mengorbankan Putra tunggal-Nya, Yesus Kristus (Yohanes 3:16). Dalam hal ini Allah telah menyediakan keselamatan itu. “Bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu, yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan dan oleh mereka yang telah mendengarnya, kepada kita dengan cara yang dapat dipercayai, sedangkan Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh berbagai-bagai pernyataan kekuasaan dan karunia Rohkudus, yang dibagi-bagikan-Nya menurut kehendak-Nya” (Ibrani 2:3-4).

A. Apakah keselamatan itu?

Sebagai kata benda soteria (salvation) mengindikasikan sebuah kelepasan. Bila dihubungkan dengan spiritual, maka hal itu berarti kelepasan oleh Allah bagi mereka yang menerima kondisi-Nya melalui pertobatan dan iman akan Yesus Kristus. Dalam konteks Ibrani disebutkan bahwa keselamatan yang besar itu datang dari Yesus Kristus. Hal itu tidak lagi berbicara tentang keselamatan seperti bangsa Israel keluar dari perhambaan di Mesir atau pun dari Babilonia tetapi keselamatan ini adalah sesuatu yang sangat benar karena: (1) Hal itu telah direncanakan dan dipersiapkan oleh Allah dalam kekekalan; (2) Hal itu membutuhkan pengorbanan darah yang khusus; (3) Akan membebaskan dari dosa dan perhambaan; (4) Di dalamnya kita akan menjadi anak Allah dan pewaris tahta bersama Kristus.

B. Siapakah yang membutuhkan keselamatan itu?

Dosa telah memisahkan manusia dari Tuhan dan mereka berada dalam bahaya (Yesaya 59:1-2). Manusia semua hidup dalam kesalahan dan dosa (Roma 3:23). Akibat dari dosa itu adalah sangat mengerikan karena hanya kematian yang diberikan (Roma 6:23). Tuhan maha pemurah dan memberikan jalan. Bukti dari keprihatinan dan belas kasihan Allah itu adalah dengan diberikannya Yesus Kristus (Yohanes 3:16). Jadi semua manusia butuh keselamatan.

C. Siapa sajakah yang berperan dalam keselamatan itu?

Pertama adalah Allah. Manusia tidak bisa menyelamatkan diri sendiri. Allah melihat pada kenyataan ini dan merencanakan untuk memberikan korban yang berasal dari mereka. Yesus Kristus sebagai oknum kedua dalam ke-Allahan dipersembahkan sebagai korban. Dengan darah-Nya yang kudus dan dengan kematian-Nya di kayu salib, maka penghapusan dosa itu pun terjadi. Setelah Yesus Kristus melakukan semua bagian-Nya, Rohkudus membimbing manusia itu kepada kebenaran. Dia mengungkapkan semua yang telah terjadi dan membimbing orang-orang pilihan untuk mencatat segala sesuatu yang telah terjadi dan segala sesuatu yang harus terjadi agar keselamatan itu menjadi kenyataan bagi manusia. Maka para penulis firman pun mengungkapkan semuanya dalam Alkitab. Manusia yang membaca akan mempelajarinya serta mengartikannya dengan sebenarnya agar pemberitaan itu berkuasa menyelamatkan jiwanya.

Yang kedua adalah manusia. Kalau Allah adalah sumber asli dari keselamatan itu, maka manusia adalah objek asli dari keselamatan itu. Manusia tidak bisa ditolong oleh apa pun jua agar terlepas dari dosa selain dengan mengikuti perintah Allah. Keselamatan adalah sesuatu yang absolut dan jalan yang dilalui pun hanya satu. Manusia harus menaati Tuhan dengan segala sesuatu yang tertulis dalam firman-Nya.

D. Bagaimana keselamatan itu didapatkan?

Perkataan Yesus dalam Matius 28:18-20 disebut Perintah Agung (Great Comission), karena hal itu diberikan untuk semua orang dan akan menjangkau semua orang. Perintah itu bukan lagi menyelamatkan orang dari kekecewaan, kesukaran, kelaparan, perbudakan, tetapi menyelamatkan manusia dari genggaman dosa yang akan melemparkannya ke dalam penghukuman yang kekal. Perintah Agung ini pertama kali dipraktekkan pada hari raya Pentakosta setelah kebangkitan Yesus Kristus. Sebagai hasil dari pemberitaan mereka, ribuan jiwa telah diselamatkan. Dari pengamatan akan peristiwa dalam Kisah Rasul kita bisa menarik sebuah kesimpulan bahwa keselamatan itu terwujud setelah seseorang itu melalui beberapa tahap penting. Pada hari Minggu yaitu 50 hari setelah Yesus merayakan Paskah yang terakhir sekali dalam kehidupan-Nya para rasul berkumpul di Yerusalem seperti yang sudah dijanjikan sebelumnya oleh Yesus. Pada hari istimewa itu para rasul mendapatkan kuasa dari Rohkudus dan dengan beraninya mereka berkhotbah di antara begitu banyak pengunjung yang datang ke kota Yerusalem. Khotbah mereka sangat menyentuh hati para pendengarnya dan membuat mereka sadar bahwa mereka telah menyalibkan Yesus Kristus dan menyadari betapa Yesus adalah Anak Allah Sang Juruselamat sehingga mereka bertanya apa yang wajib mereka lakukan untuk mendapatkan pengampunan dosa. Petrus berkata, bertobat dan memberi diri dibaptis. Jadi bisa disimpulkan bahwa tahap-tahap tersebut adalah pendengaran akan firman Tuhan, percaya akan hal itu, pertobatan dari dosa-dosa, pengakuan dan baptisan dalam nama Yesus. Setelah melalui proses ini, maka seseorang itu ditambahkan ke dalam jemaat Tuhan yang adalah kelompok orang yang selamat.

Sumber:
1. C.R. Nichol, Sound Doctrine, Vol 5, hal 58
2. Kevin J. Corner, Doktrin Dasar I, hal. 56-95
3. Kevin J. Corner, Doktrin Dasar II, hal. 14-44
4. B.J. Clarke, The God Head, The Study Of The Father, Son and Holy Spirit
5. Paul Sain, Ready Reference.