Baptisan

Roma 6:4

Baptisan adalah merupakan subyek yang sangat terkenal dan sering di bahas di dalam Perjanjian Baru, namun demikian masih banyak orang yang telah mempraktekkan baptisan tersebut tetapi mereka tidak memahami arti baptisan itu. Walaupun baptisan itu sudah sering di khotbahkan dan dijelaskan berulang-ulang kali namun baptisan tetap merupakan subyek yang menarik untuk dibicarakan. Agar kita mengerti arti baptisan yang sebenarnya, marilah kita simak point-point berikut ini.

Apakah baptisan itu?

Kata “baptisan” berasal dari bahasa Yunani Baptisma (Roma 6:4) yang di adopsi oleh bahasa Indonesia menjadi Baptisan yang artinya adalah dikuburkan kalau di tanah, ditenggelamkan atau diselamkan kalau di air. Jadi praktek baptisan adalah diselamkan, bukan dipercik atau di tuang, sebab Roma pasal enam ayat tiga dan empat mengatakan: “Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematianNya? Dengan demikian kita “dikuburkan” bersama-sama Dia melalui (by) baptisan dalam kematian supaya sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru”. Jadi baptisan adalah lambang dari penguburan Kristus di dalam tanah yang di praktekkan dengan diselamkan di dalam air. Kita harus mempergunakan akal sehat bahwa percik dan dituang tidak akan pernah menjadi lambang penguburan, sebab menguburkan mayat seseorang harus menggali lubang (kuburan) dan kemudian mayat tersebut akan ditutupi dengan tanah. Bagaimana kalau mayat seseorang tadi dipercik dengan tanah atau dituangi tanah, apakah mayat itu dikuburkan? Tentu saja tidak, oleh sebab itulah percik dan tuang bukanlah merupakan lambang penguburan, tetapi diselamkan adalah lambang penguburan, yaitu baptisan. Itulah sebabnya baptisan selam itu sangat penting bagi tiap-tiap orang.

Apakah tujuan baptisan itu?

Setiap orang yang melakukan sesuatu tanpa tujuan adalah ibarat anak-anak yang main sepak bola tanpa gol, tidak ada hitungan nilai, tidak ada arti, lain halnya dengan baptisan yang memiliki tujuan tertentu yaitu untuk pengampunan dosa. Ketika orang-orang yang mendengarkan khotbah Petrus percaya mereka bertanya: “Apakah yang harus kami perbuat saudara-saudara?” Jawab Petrus kepada mereka: “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, Kisah Rasul 2:37, 38 a. Jadi baptisan itu mempunyai tujuan tertentu bukan seperti anak-anak yang bermain bola tanpa gol. Oleh sebab itu setiap orang yang mau dibaptis ia harus mengerti tujuan baptisan itu sebelum ia dibaptiskan. Jadi seorang bayi yang dibaptiskan tanpa mengerti tujuan dari baptisan itu sama seperti anak-anak yang bermain bola tanpa gol, tidak ada artinya, tidak ada pointnya, tidak berguna sama sekali baptisan itu bagi dirinya.

Disamping pengampunan dosa, baptisan juga bertujuan untuk menyatukan kita dengan Kristus di dalam kerajaanNya yaitu gereja. Sebab setiap orang yang beriman kepada Kristus adalah anak-anak Allah karena semua yang dibaptis dalam Kristus adalah anak-anak Allah, setiap orang yang dibaptis dalam Kristus telah mengenakan Kristus.

Dan jika seseorang tidak dilahirkan dari air dan roh (baptisan), ia tidak dapat masuk ke dalam kerajaan Allah, Galatia 3:27; Yohanes 3:5. Jadi tujuan baptisan menurut ke-dua ayat-ayat di atas adalah untuk menyatukan kita dengan Kristus di dalam kerajaanNya yaitu Gereja.

Siapakah yang harus di baptiskan?

Ada banyak jawaban-jawaban yang diberikan oleh manusia untuk pertanyaan di atas yang berasal dari hasil pemikiran-pemikiran mereka sendiri. Dan kadang-kadang jawaban yang satu dengan jawaban yang lain berbeda, tetapi Perjanjian Baru memberikan jawaban terhadap pertanyaan di atas. Matius 28:19 - Orang-orang yang telah menjadi murid Kristus. Markus 16:16 - Orang-orang yang telah percaya akan Injil Kristus. Kisah Rasul 2:38 - Orang-orang yang telah bertobat setelah mendengarkan pemberitaan Petrus.

Kisah Rasul 16:31-33 - Kepala penjara di Pilippi dibaptis setelah mendengarkan pemberitaan Paulus dan Silas.

Sebenarnya ada banyak lagi contoh-contoh orang-orang yang dibaptiskan dalam Perjanjian Baru tetapi contoh yang di atas cukup jelas bagi kita untuk mengerti bahwa di dalam menerima baptisan ada hal-hal yang terlebih dulu harus kita lakukan sebelum kita melaksanakan baptisan. Yang jelas orang yang harus dibaptis adalah orang yang berdosa karena tujuan baptisan adalah untuk pengampunan dosa seperti yang telah kita bahas di atas. Perlu kita ketahui bahwa di dalam pelaksanaan baptisan dibutuhkan dua hal. Yang pertama adalah Intelektual yaitu untuk mengerti arti baptisan dan tujuan baptisan. Kemudian hal yang ke dua adalah Emosional yaitu untuk merasakan bagaimana baptisan air itu adalah lambang penguburan Kristus. Kita harus merasakan bagaimana hidup kita setelah hidup dalam hidup baru bersama-sama dengan Kristus di mana hidup lama kita telah ditanggalkan di dalam air.

Jadi dengan demikian kita dapat mengerti bahwa orang-orang yang harus dibaptiskan adalah orang-orang yang berdosa yang dapat mengerti dan merasakan baptisan itu dan bukan bayi-bayi yang tidak dapat mengerti dan merasakan baptisan tersebut.

Kesimpulan:

  • Baptisan adalah suatu keharusan untuk menjadi pengikut Kristus (menjadi orang Kristen).
  • Baptisan yang benar adalah baptisan yang mengikuti pola yaitu baptisan selam.
  • Baptisan adalah perintah bukan suka rela.

Baptisan adalah untuk pengampunan dosa bukan merupakan tanda seperti sunat.