Bagaimanakah Kita Memasuki Gereja?
Bagi seseorang yang mengerti keagungan Gereja serta tempatnya dalam rencana penebusan tetapi tidak mengetahui bagaimana cara masuk ke dalamnya, adalah meniadakan kemampuan Allah untuk menebus dirinya. Setan tidak saja berusaha untuk menyembunyikan identitas Gereja ke dalam simpang siurnya jalan denominasi, tetapi dia juga telah mengaburkan syarat-syarat untuk memasuki gereja dari setiap individu. Pertanyaan, “Bagaimanakah kita memasuki Gereja” mempunyai makna yang abadi. Bagi Alkitab itu berarti bahwa kita harus kembali agar lolos dari jaringan denominasi, dan kepada Alkitab yang sama kita harus pergi dan mencari jalan masuk ke dalam kerajaan yang kekal. Oleh karena setiap orang yang diselamatkan telah ditambahkan ke dalam gereja oleh Tuhan (Kisah Rasul 2:47), maka kita dapat menemukan bagaimana memasuki Gereja dengan cara menemukan bagaimana seseorang itu diselamatkan.
Untuk memasuki Gereja, seseorang harus diajar oleh Allah
Nabi Yeremia menubuatkan bahwa hubungan seseorang dengan Allah bagi mereka yang di bawah Perjanjian Baru akan sangat berbeda dari orang-orang yang hidup di bawah Yudaisme. Perbedaannya diperlihatkan dalam kata-kata berikut yang menggambarkan umat Allah di bawah Perjanjian Baru dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan, “Kenal-lah Tuhan, sebab mereka semua besar kecil akan mengenal Aku ....” (Yeremia 31:34). Di bawah hukum Perjanjian Lama seseorang masuk ke dalam perjanjian Allah melalui kelahiran jasmani. Sementara seorang anak Yahudi bertumbuh maka penting ada orang lain yang mengajarnya tentang Allah. Tidak demikian dengan individu di bawah hukum Perjanjian Baru. Dia tidak diajar tentang Allah setelah dia menjadi bagian dari perjanjian, melainkan dia diajar sebelum dia memasuki kerajaan.
Yesus menggambarkan tentang kemutlakkan perlunya seseorang itu diajar sebelum memasuki Gereja dengan mengatakan, “Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku” (Yohanes 6:44, 45). Pentingnya seseorang itu diajar dahulu dapat dilihat dari kata-kata, “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ....” Sumber pengajarannya didefinisikan sebagai, “mereka semua akan diajar oleh Allah.” Proses bagaimana Allah mengajar dilukiskan dengan kata-kata mendengar dan belajar.
Pemberian Perintah Agung memperlihatkan bagaimana dalam rencana Allah seseorang itu harus diajar oleh Allah sebelum dia memasuki gereja. Itu bukan dengan peristiwa-peristiwa mistis seperti bisikan suara di telinga orang-orang berdosa. Yesus mengirim rasul-rasul untuk memberitakan Injil kepada sekalian alam (Markus 16:15), dan orang-orang yang diajar diperintahkan untuk pergi dan mengajar orang lain (Matius 28:19, 20). Kitab Kisah Rasul penuh dengan ilustrasi tentang orang-orang yang diajar Allah. Di setiap kota orang-orang yang menjadi bagian dari Gereja diajar oleh orang-orang yang diutus oleh Allah, dengan warta dari Allah.
Makna hal ini tidak dapat kita abaikan begitu saja. Seseorang dapat masuk ke denominasi sebagai bayi yang tidak diajar, tetapi seseorang itu tidak dapat masuk ke dalam Gereja Perjanjian Baru sampai dia diajar dahulu. Apa yang telah dinubuatkan oleh Yeremia dipenuhi di Gereja dimana setiap anggota-anggotanya mengenal Dia, dari yang kecil sampai yang besar.
Untuk Memasuki Gereja, Seseorang Harus Mempunyai Iman
Penulis Ibrani menegaskan, “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia” (Ibrani 11:6). Kata-kata ini menunjukkan bahwa tidak seorangpun dapat diselamatkan dan menjadi anggota gerejaNya tanpa beriman kepada Allah. Ketika Yesus mengatakan, “Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu" (Yohanes 8:34), Dia menetapkan selama-lamanya akan pentingnya iman kepadaNya sebagai persyaratan untuk memasuki tubuhNya. Yesus lebih jauh menegaskan pentingnya iman dengan cara melukiskan nasib orang yang tidak percaya, “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum” (Markus 16:16).
Dengan mengakui bahwa seseorang itu memasuki Gereja dengan iman, bukan berarti mengakui bahwa seseorang itu memasuki Gereja dengan iman saja. Pada dasarnya Alkitab secara empatik menyangkal bahwa pembenaran itu oleh iman saja (Yakobus 2:24). Alkitab memberikan ilustrasi tentang ini di dalam Yohanes 8, oleh karena Yesus mengajarkan pentingnya iman kepadaNya sebagai Anak Allah (ayat 24), banyak orang percaya kepadaNya (ayat 30). Bagian terakhir dari pasal ini berisi diskursus yang Yesus adakan dengan orang-orang yang percaya kepadaNya pada kesempatan itu (ayat 31). Kenyataan bahwa Yesus berkata kepada orang-orang percaya ini, “Jikalau Allah adalah Bapamu....” (ayat 42) akan menyebabkan setiap penganjur keselamatan hanya oleh iman untuk memikirkan kembali ajarannya. Kenyataan bahwa kemudian Yesus mengatakan kepada orang percaya yang sama, “Iblislah yang menjadi bapamu” (ayat 14) haruslah menyebabkan orang-orang untuk selama-lamanya menolak ajaran bahwa untuk memasuki Gereja Tuhan hanya dengan iman saja. Orang-orang tersebut di atas sudah percaya kepada Yesus, tetapi mereka masih anak-anak iblis! Keselamatan, memasuki gerejaNya, adalah dengan iman, tetapi bukan dengan iman saja!
Untuk Memasuki Gereja, Seseorang Harus Bertobat
Pesan pertobatan adalah jantung khotbah yang ditemukan di dalam Perjanjian Baru. Ketika Yohanes Pembaptis muncul di padang belantara Yudea, dia mengumumkan, “Bertobatlah sebab kerajaan surga sudah dekat” (Matius 3:1, 2). Dia mengatakan kepada para pendengarnya untuk menghasilkan buah-buah pertobatan (Matius 3:8) ketika Yesus memulai pengajaranNya tentang kedatangan kerajaan, pertobatan lagi-lagi ditekankan (Matius 4:17). Pada hari Pantekosta ketika kata-kata Para Rasul mendorong orang-orang yang telah membunuh Yesus untuk menanyakan tentang keselamatan mereka, jawabannya adalah, “.... bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis ....” (Kisah rasul 2:38). Pentingnya pertobatan untuk setiap orang di muka bumi ini disampaikan oleh Paulus di Areopagus, “Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat. Karena Ia telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukan-Nya, sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati” (Kisah Rasul 17:30, 31).
Menyertai sifat dan akibat dosa adalah menyadari mengapa harus ada pertobatan sebelum masuk ke dalam gerejaNya. Dosalah yang memisahkan manusia dari Allah (Yesaya 59:1, 2). Dosalah yang membawa kematian ke dalam dunia ini (Roma 5:12). Kesucian Allah dan dosa manusia adalah tidak layak. Jika kehidupan dosa memisahkan seseorang dari Allah sebelum keselamatannya, gaya hidup seperti itu akan memisahkannya setelah itu. Seseorang tidak dapat memasuki Gereja sebelum adanya pertobatan yang sungguh-sungguh.
Untuk Memasuki Gereja, Seseorang Harus Mengakui Kristus
Cerita pertobatan sida-sida dari Etiopia menunjukkan bahwa seseorang tidak dapat dibaptiskan sebelum ada iman dalam hati orang berdosa. Tanggapan Pilipus atas pertanyaan sida-sida, “Apakah ada halangan bagiku untuk dibaptis?” (Kisah Rasul 8:36) menunjukkan secara tidak langsung bahwa penegasan iman harus dibuat sebelum seseorang itu dibaptiskan. Oleh karena beberapa terjemahan menghilangkan kata-kata, “Aku percaya bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah” sebagian orang mencari cara untuk menyangkal pentingnya pengakuan. Perhatikan hal berikut ini; jika sida-sida itu tidak dapat dibaptis tanpa iman, bagaimana bisa Pilipus membaptis dia tanpa mengetahui bahwa ada iman di dalam hatinya? Sebelum seseorang membaptiskan orang lain, dia harus mengetahui bahwa ada iman dalam hati seseorang.
Perkataan Paulus tidak menyisakan ruangan untuk menyangkal pentignya pengakuan. Dia menegaskan bahwa kata iman yang dia beritakan adalah, “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan” (Roma 10:9). Ayat berikutnya menegaskan bahwa pengakuan ini dilakukan untuk keselamatan. Perhatikan sifat dari kalimat bersyarat ini. Hasil (engkau akan diselamatkan) adalah predikat bagi seseorang yang menggunakan mulutnya untuk mengaku Yesus. Sekarang sekiranya seseorang tidak mengaku imannya kepada Yesus, dapatkah dia diselamatkan? Kata-kata dalam ayat di atas menuntut bahwa suatu pengakuan iman dilakukan agar supaya kita dapat diselamatkan dan masuk ke dalam Gereja.
Untuk Memasuki Gereja, Seseorang Harus Dibaptiskan Menurut Perjanjian Baru
Adalah suatu yang luar biasa bahwa seseorang dapat menyangkal akan pentingnya baptisan. Bagaimanakah Alkitab dapat lebih jelas lagi tentang hubungan antara baptisan dan keselamatan? Kenyataan bahwa Yesus mengatakan, “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan ....” (Markus 16:16).
Bagaimana seseorang dapat menegaskan bahwa siapa yang percaya dan tidak dibaptis akan diselamatkan? Oleh karena Petrus mengatakan, “Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan ....” (1 Petrus 3:21). Bagaimana seseorang dapat menegaskan bahwa baptisan tidak menyelamatkan kita? Ketika orang paling berdosa diberitahu, “.... bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan, dengan berseru kepada nama Tuhan” (Kisah Rasul 22:16). Bagaimana seseorang dapat menyatakan bahwa baptisan tidak ada hubungannya dengan penyucian dosa atau berseru kepada nama Tuhan? Baptisan itu penting untuk keselamatan!
Setan telah bekerja untuk merubah hampir di semua komponen aspek baptisan. Walaupun Alkitab dengan jelas menunjukkan baptisan Perjanjian Baru adalah di dalam air, orang-orang saat ini telah mencari dengan sia-sia untuk menemukan suatu baptisan “rohani” untuk orang-orang berdosa yang tidak ada hubungannya dengan air. Penganjur baptisan ini telah melihat kekuatan ajaran Alkitab tentang pentingnya baptisan dan telah mencoba untuk meniadakan pengajaran tentang baptisan itu dengan cara menyangkal bahwa ayat-ayat tersebut mendiskusikan baptisan air, sementara Perjanjian Baru penuh dengan perintah dan contoh-contoh tentang baptisan air, tidak ada satu ayatpun yang mendiskusikan baptisan rohani ini atau baptisan mistik.
Sebagian orang lagi mencoba untuk mengubah pengajaran Alkitab tentang calon baptisan. Seperti yang telah disinggung di atas, praktek pembaptisan bayi melanggar penegasan yang jelas bahwa seseorang harus diajar dan mempunyai iman sebelum dia dapat dibaptiskan.
Sementara yang lain lagi mencoba untuk mengubah pengajaran Perjanjian Baru tentang baptisan selam (Roma 6:3-5) kepada percikan. Setiap pelajar Sejarah Gereja dapat menemukan bahwa praktek ini tidak dimulai sampai ratusan tahun setelah Perjanjian Baru. Gereja yang mula-mula tidak mengetahui apa-apa tentang percikkan sebagai baptisan.
Baru-baru ini beberapa orang mencoba untuk mengubah pengajaran Alkitab tentang pengertian yang harus dimiliki oleh calon baptisan sebelum dia dibaptiskan. Perjanjian Baru menunjukkan apa yang ada di dalam hati orang-orang yang dibaptis itu. Mereka semua menyadari dosa-dosa mereka dan diajar bahwa baptisan mereka berhubungan langsung kepada pengampunan dosa mereka. Keselamatan dalam Perjanjian Baru dijanjikan kepada mereka yang memanggil namaNya (Kisah Rasul 2:21; Roma 10:13). Hati orang-orang yang sesat pada hari Pantekosta memohon pengampunan Allah. Dalam baptisan mereka, mereka memohon belas kasihan Allah. Hati Paulus berseru kepada Allah untuk pengampunan atas dosa-dosanya menganiaya dan membunuh orang-orang suci (Kisah Rasul 22:16). Di zaman Perjanjian Baru, orang-orang berdosa yang dibebani dengan bersalahlah yang mendekati Allah dalam baptisan. Betapa aneh beberapa orang saat ini mengajar bahwa seseorang dapat mendekati Allah tanpa sikap hati seperti ini.
Apakah tujuan seseorang itu dibaptiskan sangat berarti? Adalah sangat berarti bagi Yohanes Pembaptis ketika Yesus datang kepadanya. Adalah sangat berarti ketika Yesus menuruti baptisan Yohanes, kedua orang ini mengerti bahwa ada perbedaan dalam “dibaptis untuk mentaati Allah” dan “dibaptis untuk pengampunan dosa.” Sekarang, jika tujuan untuk apa Yesus dibaptis sangat berarti bagi Yohanes dan bagi Yesus, bagaimana seseorang dapat menegaskan bahwa tujuan baptisan hanya sedikit perbedaan? Jika kelahiran baru, melibatkan baik pengajaran Roh maupun diselamkan ke dalam air (Yohanes 3:5) bagaimana seseorang dapat dilahirkan oleh Roh manakala dia belum diajar apa yang dikatakan oleh Roh tentang sifat-sifat baptisan? Jika seseorang tidak dapat mengambil perjamuan Tuhan dengan benar tanpa mengerti tujuannya (1 Korintus 11:29) bagaimana seseorang memiliki baptisan Perjanjian Baru tanpa dia mengerti sifatnya yaitu untuk menyeru Allah bagi keselamatan? (Kisah Rasul 22:16).
Setan telah menyembunyikan persepsi dan pengertian manusia tentang gereja. Dia juga telah menyembunyikan syarat-syarat untuk memasuki Gereja. Semoga Allah menolong kita untuk mengerti hal-hal ini dan mengajarkannya kepada orang lain.
(Dialih-bahasakan dari “The Spiritual Sword” Vol. 24, No. 3 April 1993).
Untuk memasuki Gereja, seseorang harus diajar oleh Allah
Nabi Yeremia menubuatkan bahwa hubungan seseorang dengan Allah bagi mereka yang di bawah Perjanjian Baru akan sangat berbeda dari orang-orang yang hidup di bawah Yudaisme. Perbedaannya diperlihatkan dalam kata-kata berikut yang menggambarkan umat Allah di bawah Perjanjian Baru dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan, “Kenal-lah Tuhan, sebab mereka semua besar kecil akan mengenal Aku ....” (Yeremia 31:34). Di bawah hukum Perjanjian Lama seseorang masuk ke dalam perjanjian Allah melalui kelahiran jasmani. Sementara seorang anak Yahudi bertumbuh maka penting ada orang lain yang mengajarnya tentang Allah. Tidak demikian dengan individu di bawah hukum Perjanjian Baru. Dia tidak diajar tentang Allah setelah dia menjadi bagian dari perjanjian, melainkan dia diajar sebelum dia memasuki kerajaan.
Yesus menggambarkan tentang kemutlakkan perlunya seseorang itu diajar sebelum memasuki Gereja dengan mengatakan, “Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku” (Yohanes 6:44, 45). Pentingnya seseorang itu diajar dahulu dapat dilihat dari kata-kata, “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ....” Sumber pengajarannya didefinisikan sebagai, “mereka semua akan diajar oleh Allah.” Proses bagaimana Allah mengajar dilukiskan dengan kata-kata mendengar dan belajar.
Pemberian Perintah Agung memperlihatkan bagaimana dalam rencana Allah seseorang itu harus diajar oleh Allah sebelum dia memasuki gereja. Itu bukan dengan peristiwa-peristiwa mistis seperti bisikan suara di telinga orang-orang berdosa. Yesus mengirim rasul-rasul untuk memberitakan Injil kepada sekalian alam (Markus 16:15), dan orang-orang yang diajar diperintahkan untuk pergi dan mengajar orang lain (Matius 28:19, 20). Kitab Kisah Rasul penuh dengan ilustrasi tentang orang-orang yang diajar Allah. Di setiap kota orang-orang yang menjadi bagian dari Gereja diajar oleh orang-orang yang diutus oleh Allah, dengan warta dari Allah.
Makna hal ini tidak dapat kita abaikan begitu saja. Seseorang dapat masuk ke denominasi sebagai bayi yang tidak diajar, tetapi seseorang itu tidak dapat masuk ke dalam Gereja Perjanjian Baru sampai dia diajar dahulu. Apa yang telah dinubuatkan oleh Yeremia dipenuhi di Gereja dimana setiap anggota-anggotanya mengenal Dia, dari yang kecil sampai yang besar.
Untuk Memasuki Gereja, Seseorang Harus Mempunyai Iman
Penulis Ibrani menegaskan, “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia” (Ibrani 11:6). Kata-kata ini menunjukkan bahwa tidak seorangpun dapat diselamatkan dan menjadi anggota gerejaNya tanpa beriman kepada Allah. Ketika Yesus mengatakan, “Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu" (Yohanes 8:34), Dia menetapkan selama-lamanya akan pentingnya iman kepadaNya sebagai persyaratan untuk memasuki tubuhNya. Yesus lebih jauh menegaskan pentingnya iman dengan cara melukiskan nasib orang yang tidak percaya, “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum” (Markus 16:16).
Dengan mengakui bahwa seseorang itu memasuki Gereja dengan iman, bukan berarti mengakui bahwa seseorang itu memasuki Gereja dengan iman saja. Pada dasarnya Alkitab secara empatik menyangkal bahwa pembenaran itu oleh iman saja (Yakobus 2:24). Alkitab memberikan ilustrasi tentang ini di dalam Yohanes 8, oleh karena Yesus mengajarkan pentingnya iman kepadaNya sebagai Anak Allah (ayat 24), banyak orang percaya kepadaNya (ayat 30). Bagian terakhir dari pasal ini berisi diskursus yang Yesus adakan dengan orang-orang yang percaya kepadaNya pada kesempatan itu (ayat 31). Kenyataan bahwa Yesus berkata kepada orang-orang percaya ini, “Jikalau Allah adalah Bapamu....” (ayat 42) akan menyebabkan setiap penganjur keselamatan hanya oleh iman untuk memikirkan kembali ajarannya. Kenyataan bahwa kemudian Yesus mengatakan kepada orang percaya yang sama, “Iblislah yang menjadi bapamu” (ayat 14) haruslah menyebabkan orang-orang untuk selama-lamanya menolak ajaran bahwa untuk memasuki Gereja Tuhan hanya dengan iman saja. Orang-orang tersebut di atas sudah percaya kepada Yesus, tetapi mereka masih anak-anak iblis! Keselamatan, memasuki gerejaNya, adalah dengan iman, tetapi bukan dengan iman saja!
Untuk Memasuki Gereja, Seseorang Harus Bertobat
Pesan pertobatan adalah jantung khotbah yang ditemukan di dalam Perjanjian Baru. Ketika Yohanes Pembaptis muncul di padang belantara Yudea, dia mengumumkan, “Bertobatlah sebab kerajaan surga sudah dekat” (Matius 3:1, 2). Dia mengatakan kepada para pendengarnya untuk menghasilkan buah-buah pertobatan (Matius 3:8) ketika Yesus memulai pengajaranNya tentang kedatangan kerajaan, pertobatan lagi-lagi ditekankan (Matius 4:17). Pada hari Pantekosta ketika kata-kata Para Rasul mendorong orang-orang yang telah membunuh Yesus untuk menanyakan tentang keselamatan mereka, jawabannya adalah, “.... bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis ....” (Kisah rasul 2:38). Pentingnya pertobatan untuk setiap orang di muka bumi ini disampaikan oleh Paulus di Areopagus, “Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat. Karena Ia telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukan-Nya, sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati” (Kisah Rasul 17:30, 31).
Menyertai sifat dan akibat dosa adalah menyadari mengapa harus ada pertobatan sebelum masuk ke dalam gerejaNya. Dosalah yang memisahkan manusia dari Allah (Yesaya 59:1, 2). Dosalah yang membawa kematian ke dalam dunia ini (Roma 5:12). Kesucian Allah dan dosa manusia adalah tidak layak. Jika kehidupan dosa memisahkan seseorang dari Allah sebelum keselamatannya, gaya hidup seperti itu akan memisahkannya setelah itu. Seseorang tidak dapat memasuki Gereja sebelum adanya pertobatan yang sungguh-sungguh.
Untuk Memasuki Gereja, Seseorang Harus Mengakui Kristus
Cerita pertobatan sida-sida dari Etiopia menunjukkan bahwa seseorang tidak dapat dibaptiskan sebelum ada iman dalam hati orang berdosa. Tanggapan Pilipus atas pertanyaan sida-sida, “Apakah ada halangan bagiku untuk dibaptis?” (Kisah Rasul 8:36) menunjukkan secara tidak langsung bahwa penegasan iman harus dibuat sebelum seseorang itu dibaptiskan. Oleh karena beberapa terjemahan menghilangkan kata-kata, “Aku percaya bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah” sebagian orang mencari cara untuk menyangkal pentingnya pengakuan. Perhatikan hal berikut ini; jika sida-sida itu tidak dapat dibaptis tanpa iman, bagaimana bisa Pilipus membaptis dia tanpa mengetahui bahwa ada iman di dalam hatinya? Sebelum seseorang membaptiskan orang lain, dia harus mengetahui bahwa ada iman dalam hati seseorang.
Perkataan Paulus tidak menyisakan ruangan untuk menyangkal pentignya pengakuan. Dia menegaskan bahwa kata iman yang dia beritakan adalah, “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan” (Roma 10:9). Ayat berikutnya menegaskan bahwa pengakuan ini dilakukan untuk keselamatan. Perhatikan sifat dari kalimat bersyarat ini. Hasil (engkau akan diselamatkan) adalah predikat bagi seseorang yang menggunakan mulutnya untuk mengaku Yesus. Sekarang sekiranya seseorang tidak mengaku imannya kepada Yesus, dapatkah dia diselamatkan? Kata-kata dalam ayat di atas menuntut bahwa suatu pengakuan iman dilakukan agar supaya kita dapat diselamatkan dan masuk ke dalam Gereja.
Untuk Memasuki Gereja, Seseorang Harus Dibaptiskan Menurut Perjanjian Baru
Adalah suatu yang luar biasa bahwa seseorang dapat menyangkal akan pentingnya baptisan. Bagaimanakah Alkitab dapat lebih jelas lagi tentang hubungan antara baptisan dan keselamatan? Kenyataan bahwa Yesus mengatakan, “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan ....” (Markus 16:16).
Bagaimana seseorang dapat menegaskan bahwa siapa yang percaya dan tidak dibaptis akan diselamatkan? Oleh karena Petrus mengatakan, “Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan ....” (1 Petrus 3:21). Bagaimana seseorang dapat menegaskan bahwa baptisan tidak menyelamatkan kita? Ketika orang paling berdosa diberitahu, “.... bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan, dengan berseru kepada nama Tuhan” (Kisah Rasul 22:16). Bagaimana seseorang dapat menyatakan bahwa baptisan tidak ada hubungannya dengan penyucian dosa atau berseru kepada nama Tuhan? Baptisan itu penting untuk keselamatan!
Setan telah bekerja untuk merubah hampir di semua komponen aspek baptisan. Walaupun Alkitab dengan jelas menunjukkan baptisan Perjanjian Baru adalah di dalam air, orang-orang saat ini telah mencari dengan sia-sia untuk menemukan suatu baptisan “rohani” untuk orang-orang berdosa yang tidak ada hubungannya dengan air. Penganjur baptisan ini telah melihat kekuatan ajaran Alkitab tentang pentingnya baptisan dan telah mencoba untuk meniadakan pengajaran tentang baptisan itu dengan cara menyangkal bahwa ayat-ayat tersebut mendiskusikan baptisan air, sementara Perjanjian Baru penuh dengan perintah dan contoh-contoh tentang baptisan air, tidak ada satu ayatpun yang mendiskusikan baptisan rohani ini atau baptisan mistik.
Sebagian orang lagi mencoba untuk mengubah pengajaran Alkitab tentang calon baptisan. Seperti yang telah disinggung di atas, praktek pembaptisan bayi melanggar penegasan yang jelas bahwa seseorang harus diajar dan mempunyai iman sebelum dia dapat dibaptiskan.
Sementara yang lain lagi mencoba untuk mengubah pengajaran Perjanjian Baru tentang baptisan selam (Roma 6:3-5) kepada percikan. Setiap pelajar Sejarah Gereja dapat menemukan bahwa praktek ini tidak dimulai sampai ratusan tahun setelah Perjanjian Baru. Gereja yang mula-mula tidak mengetahui apa-apa tentang percikkan sebagai baptisan.
Baru-baru ini beberapa orang mencoba untuk mengubah pengajaran Alkitab tentang pengertian yang harus dimiliki oleh calon baptisan sebelum dia dibaptiskan. Perjanjian Baru menunjukkan apa yang ada di dalam hati orang-orang yang dibaptis itu. Mereka semua menyadari dosa-dosa mereka dan diajar bahwa baptisan mereka berhubungan langsung kepada pengampunan dosa mereka. Keselamatan dalam Perjanjian Baru dijanjikan kepada mereka yang memanggil namaNya (Kisah Rasul 2:21; Roma 10:13). Hati orang-orang yang sesat pada hari Pantekosta memohon pengampunan Allah. Dalam baptisan mereka, mereka memohon belas kasihan Allah. Hati Paulus berseru kepada Allah untuk pengampunan atas dosa-dosanya menganiaya dan membunuh orang-orang suci (Kisah Rasul 22:16). Di zaman Perjanjian Baru, orang-orang berdosa yang dibebani dengan bersalahlah yang mendekati Allah dalam baptisan. Betapa aneh beberapa orang saat ini mengajar bahwa seseorang dapat mendekati Allah tanpa sikap hati seperti ini.
Apakah tujuan seseorang itu dibaptiskan sangat berarti? Adalah sangat berarti bagi Yohanes Pembaptis ketika Yesus datang kepadanya. Adalah sangat berarti ketika Yesus menuruti baptisan Yohanes, kedua orang ini mengerti bahwa ada perbedaan dalam “dibaptis untuk mentaati Allah” dan “dibaptis untuk pengampunan dosa.” Sekarang, jika tujuan untuk apa Yesus dibaptis sangat berarti bagi Yohanes dan bagi Yesus, bagaimana seseorang dapat menegaskan bahwa tujuan baptisan hanya sedikit perbedaan? Jika kelahiran baru, melibatkan baik pengajaran Roh maupun diselamkan ke dalam air (Yohanes 3:5) bagaimana seseorang dapat dilahirkan oleh Roh manakala dia belum diajar apa yang dikatakan oleh Roh tentang sifat-sifat baptisan? Jika seseorang tidak dapat mengambil perjamuan Tuhan dengan benar tanpa mengerti tujuannya (1 Korintus 11:29) bagaimana seseorang memiliki baptisan Perjanjian Baru tanpa dia mengerti sifatnya yaitu untuk menyeru Allah bagi keselamatan? (Kisah Rasul 22:16).
Setan telah menyembunyikan persepsi dan pengertian manusia tentang gereja. Dia juga telah menyembunyikan syarat-syarat untuk memasuki Gereja. Semoga Allah menolong kita untuk mengerti hal-hal ini dan mengajarkannya kepada orang lain.
(Dialih-bahasakan dari “The Spiritual Sword” Vol. 24, No. 3 April 1993).